Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akbar Tandjung: Bagaimana Menyamakan Calon Kepala Daerah Aburizal dan Agung?

Kompas.com - 12/07/2015, 21:28 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar Akbar Tandjung menyatakan bersyukur tercapai islah di antara dua kepengurusan Partai Golkar. Namun, ia mempertanyakan bagaimana agar kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono bisa mengusung calon kepala daerah yang sama.

"Saya bersyukur dan bergembira bahwa demi kepentingan pilkada yang akan dilakukan serentak, Partai Golkar bisa bersatu sehingga bisa ikut pilkada meski tidak menghilangkan potensi konflik yang ada," kata Akbar di Jakarta, Minggu (12/7/2015), seperti dikutip Antara.

Namun, dia mengatakan, belum tahu bagaimana islah terbatas Partai Golkar yang telah ditandatangani bisa menyelesaikan persoalan calon yang akan diajukan oleh Partai Golkar dalam pilkada serentak.

"Saya juga menghormati langkah Jusuf Kalla sebagai wapres dan mantan ketua umum (memediasi dua kubu Golkar). Tapi saya masih belum dapat kepastian bagaimana menyelesaikan persoalan calon yang akan diajukan," ujar Akbar.

Menurut Akbar, bisa saja pihak Aburizal Bakrie ingin mencalonkan kader A, tapi Agung Laksono punya calon B. (baca: PPP Kubu Romy Tolak Aturan Pengusungan Calon Kepala Daerah Bersama)

"Bagaimana mau menyamakan keduanya? Kalau keduanya sama, ya gampang bisa mendukung calon yang sama. Tapi kalau calonnya berbeda, bagaimana menyamakannya?" kata Akbar.

Padahal, menurut Akbar, dirinya mengetahui dan mendengar bahwa banya calon yang tidak sama akan diajukan masing-masing pihak. Dia melihat hal ini sebagai persoalan serius, tapi sayangnya semua yang terlibat seperti menggampangkan masalah.

Akbar beberapa hari lalu berbuka puasa bersama KAHMI di kantor wapres. Hal ini sempat ditanyakan ke JK dan memberikan jawaban yang keliatannya mudah, yaitu dengan survei.

"Tapi 'kan survei perlu waktu panjang. JK bilang kemudian, ya dicek dan disesuaikan saja, mudah-mudahan bisa," katanya.

Persoalan lainnya yang muncul, menurut mantan Ketua DPR RI ini, adalah apakah kesepakatan ini sudah didukung seluruh "stakeholder" seperti KPU, pemerintah dan partai politik yang akan bertarung dalam pilkada. (baca: KPU Izinkan Dua Kubu di Golkar dan PPP Usung Calon Bersama Saat Pilkada)

"Memang JK sempat mengatakan bahwa untuk KPU dan pemerintah nampaknya sudah setuju, sementara untuk masalah partai politik, JK hanya berujar bahwa hal itu nanti dilakukan penggalangan di DPR melalui fraksi," katanya.

Namun, kata Akbar, kenyataannya tidak semua fraksi mendukung hal itu karena UU tidak menyebut membolehkan partai politik dengan dua kepengurusan bisa ikut serta dalam pilkada.

"Yang saya tahu minimal ada PDIP, Nasdem, Demokrat, nggak setuju," katanya.

Menurut Akbar, penolakan itu tidak salah karena mereka mendasarkan pada UU yang harus dihormati.

"Jadi dengan demikian kesepakatan yang ditandatangai kemarin belum bisa dikatakan tuntas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com