Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyerapan Anggaran Rendah, Jokowi Berdalih Ada Proses Politik yang Dilalui

Kompas.com - 09/07/2015, 16:54 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo berdalih bahwa adanya proses politik yang harus dilakukan sehingga menjadi salah satu penyebab serapan anggaran rendah. Jokowi pun bercerita panjang lebar soal proses penganggaran yang terjadi pada masa awalnya menjabat.

"Ingat, saya dilantik pada tanggal pertengan Oktober, 20 Oktober. APBN sudah diketok. Kemudian kita ajukan APBN-P, diketok pada pertengahan Februari. Praktis dalam waktu itu tidak bisa serap anggaran sama sekali," ujar Jokowi saat berbincang dengan ekonom dan pelaku usaha di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (9/7/2015).

Proses itu belum termasuk administrasi pemerintahan yang harus diselesaikan dalam waktu dua bulan pada masa awal pemerintahan. Dengan demikian, kata Jokowi, pemerintah baru bisa menggunakan uang negara pada April. Dengan kondisi seperti itu, Jokowi meminta agar semua pihak tidak membandingkan tingkat penyerapan anggaran tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. "Ini ada proses politik yang perlu diketahui," ucap dia.

Jokowi juga mengatakan bahwa proyek infrastruktur saat ini baru dalam tahap proses pembayaran uang muka. Oleh karena itu, alokasi dana infrastruktur masih banyak yang belum dimanfaatkan.

Kepala Negara menargetkan, pada Oktober mendatang, lelang sudah bisa jalan dan penandatanganan serta pelaksanaan proyek mulai dilakukan pada 1 Januari. Dengan segala hambatan yang dimiliki pemerintah dalam menyerap anggaran, Jokowi menganggap belanja pemerintah hingga akhir Juni 2015 tidak terlalu buruk, yakni mencapai Rp 770 triliun.

"Meskipun itu belanja aparatur, belanja daerah, belanja modal campur di situ. Sudah besar, 39 persen. Guede!" kata Jokowi.

Presiden menyatakan akan terus mendorong agar anggaran negara bisa dimanfaatkan untuk rakyat terutama untuk bantuan sosial. Tujuannya agar daya beli masyarakat bisa meningkat. (Baca Jokowi: Meski Sakit dan Pahit, Reformasi Ekonomi Tak Bisa Ditunda Lagi!)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com