Ia menanggapi pernyataan Menteri Dalam Negeri yang juga kader PDI-P, Tjahjo Kumolo, bahwa ada menteri di kabinet kerja yang menjelek-jelekkan Jokowi. Menurut Ikrar, dengan menyebarkan berita tersebut, PDI-P sedang mencoba menekan Presiden agar melakukan reshuffle terhadap menteri tertentu.
"Presiden tidak boleh terpengaruh," ujar Ikrar.
Ia menekankan, Jokowi harus tetap berpegang pada hasil kinerja setiap menteri.
"Dasar dari reshuffle itu adalah kinerja, bukan isu politik yang disebarkan dan di-blow up begitu besar. Penyebaran isu itu hanya bagian dari intrik," kata Ikrar.
Terlebih lagi, lanjut Ikrar, hak untuk mencopot dan mengangkat menteri sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden. Jika kinerja pemerintahan dan kabinet memburuk, maka presiden yang paling bertanggung jawab. Sebaliknya, jika kinerja pemerintahan positif, maka presiden yang paling layak mendapatkan apresiasi.
"Biarlah Presiden menilai sendiri. Pasti Presiden sudah ada-lah laporan (mengenai) menteri yang negatif dan positif," katanya.
Mengecilkan Jokowi
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri yang juga politisi PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo, mengungkapkan, ada menteri yang mengecilkan Presiden dan tidak berterima kasih telah diberikan jabatan.
"(Ada) orang yang suka mengecilkan Presidennya dari belakang layar, tidak berterima kasih sudah diberi jabatan sebagai pembantu raja (Presiden)," kata Tjahjo, melalui pesan singkat, seperti dikutip Antara, Minggu (28/6/2015) malam.
Politisi PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, mengaku mengetahui sosok menteri yang kerap menjelek-jelekkan Presiden. Namun, dia enggan mengungkapkan identitas menteri tersebut.
"Baru satu yang aku dengar. Bukan dari PDI-P, bukan dari partai-partai pendukung. Latar belakangnya profesional independen, tetapi sebenarnya bukan juga. Sektor di bawah koordinasi perekonomian. Perempuan," kata Masinton saat dihubungi, Senin.
Masinton mengatakan, menteri tersebut meragukan kepemimpinan dan kebijakan Jokowi. Masinton menduga, menteri itu takut dicopot oleh Presiden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.