Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Pidato, Jokowi Diminta Waspadai Pembisiknya di Istana

Kompas.com - 06/06/2015, 09:51 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Hanura, Miryam S Haryani, meminta Presiden Joko Widodo mulai waspada terhadap pembisiknya yang berada di lingkungan Istana. Sebab, Miryam menilai, Presiden sudah kembali dipermalukan di depan umum atas pidatonya yang menyebutkan bahwa Bung Karno lahir di Blitar.

"Kejadian ini benar-benar membunuh wibawa Jokowi sebagai Presiden, bukan hanya di depan warga negaranya, tetapi juga di hadapan partai pendukungnya sendiri, bahkan termasuk di mata internasional," kata Miryam, Sabtu (6/5/2015).

Secara logika, kata Miryam, bagaimana mungkin seorang Presiden yang satu partai dengan Bung Karno bisa salah menyebutkan tempat lahir sang proklamator tersebut. Kejadian ini sungguh sangat telak bagi marwah presiden sebagai simbol negara. [Baca juga: Jokowi Salah Sebut Tempat Lahir Bung Karno, Penulis Pidato Minta Maaf]

"Kelalaian ini tentu terletak pada mereka yang berada di sekeliling bapak presiden. Sehingga Jokowi kedepan perlu waspada terhadap pembisiknya itu karena seringnya data yang mereka sodorkan cenderung menyesatkan, kalau tidak, maka presiden bukan tidak mungkin akan dipermalukan lagi di kemudian hari," kata Miryam.

Apalagi, lanjut dia, kasus ini bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya sudah pernah ada kesalahan mengenai data tentang utang negara terhadap IMF yang disanggah langsung oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Jokowi selaku presiden, kata dia, seharusnya lebih mampu tegas terhadap orang-orang di sekelilingnya. [Baca juga: Jokowi Diminta Libatkan Ahli Sejarah dalam Penyusunan Pidato]

"Kalau memang tidak sanggup silakan mundur saja, karena masih banyak kader bangsa potensial yang lebih mampu mengisi posisi itu," ucap Ketua Srikandi ini. [Baca juga: Kata Zulkifli, Kesalahan Pidato Jokowi Tak Dapat Dimaafkan]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com