Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani: Apa yang Dikatakan Pembantunya Presiden Itu "Lagu Lama"..

Kompas.com - 23/05/2015, 17:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan pemerintah khususnya dalam hal ini yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dinilai sebagai sebuah lagu lama. Setidaknya itulah yang dirasakan petani sekaligus pedagang beras asal Sragen, Parmin Jafar, yang merasa apa yang disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berbeda jauh dengan fakta yang dialami di lapangan.

Dalam diskusi bertajuk "Beras dan Kedaulatan Pangan" digelar KAGAMA dan harian Kompas, Sabtu (23/5/2015).

Jafar mengatakan, selama ini permasalahan yang dihadapi oleh para petani masih sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, di antaranya berkurangnya lahan pertanian, penyaluran pupuk yang tidak tepat waktu, hingga penyerapan oleh Bulog yang terkesan setengah hati, dan meleset dari masa panen raya.

Menurut dia, kondisi tersebut diperburuk dengan risiko tanaman saat ini yang mudah sekali terserang penyakit. Belum lagi faktor musim, yang memaksa para petani untuk merogoh ongkos produksi lebih dalam.

"Biayanya tinggi di musim kemarau, karena untuk memompa air. Per hektare antara Rp 10-Rp 12 juta," kata Jafar.

Sementara itu, perbaikan penyaluran pupuk yang didengungkan Menteri Amran pun, tidak dilihatnya pada kondisi riil.

Petani terpaksa membeli pupuk dari toko-toko dengan harga hingga Rp 135.000, jauh lebih mahal dibandingkan pupuk subsidi, yang harganya hanya Rp 95.000.

"Waktu mau memupuk, tidak ada pupuk," kata Jafar. Soal produktivitas, Jafar juga menyampaikan kondisi di lapangan rasanya mustahil dari yang disampaikan Menteri Amran.

Amran dalam berbagai kesempatan menyatakan, produktivitas gabah kering panen (GKP) bisa digenjot hingga mencapai 7 ton per hektare.

Di sawahnya, Sragen, rata-rata produktivitas hanya mencapai 6,4 hingga 7 ton per hektare, untuk gabah basah.

"Pak Menteri mungkin bisa bilang 1 ha 7 ton gabah kering, tetapi mungkin bukan di tempat saya. 7 ton per ha gabah basah itu sudah maksimal," ucap Jafar.

Lebih lanjut dia bilang, untuk penyerapan dari Bulog, petani berharap gabah dan beras bisa diserap setara dengan penyerapan pasar, dan tidak hanya menjadi aktivitas "gotong royong".

"Jadi, apa yang dikatakan Bapak Menteri, pembantunya Presiden itu cerita lagu lama. Halah wes ora kaget. Petani dibohongi Pak. Cangkemmu!" ujar Jafar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com