Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual Beli Kandidat Kepala Daerah Dinilai sebagai Titik Rawan Korupsi

Kompas.com - 12/04/2015, 13:28 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan menilai, praktik jual beli calon kepala daerah sebagai salah satu titik rawan terjadinya korupsi. Pasalnya, menurut Ade, seorang calon kepala daerah pada umumnya diwajibkan untuk menyerahkan dana yang cukup besar bagi partai, khususnya sebagai biaya kampanye.

"Para calon kepala daerah melakukan jual beli nominasi. Hal itu sebagai kompetisi untuk menarik dukungan dari partai," ujar Ade dalam diskusi antikorupsi di Kantor Pusat PP Muhamadiyah, Jakarta Pusat, Minggu (12/4/2015).

Ade mengatakan, seleksi calon kepala daerah di internal partai politik seringkali digunakan sebagai ajang mencari sumber pendanaan dalam jumlah besar. Bahkan, menurut dia, ada beberapa bentuk kesepakatan yang dilakukan calon kepala daerah dengan partai pengusungnya.

Misalnya, sebut Ade, ada calon kepala daerah yang diwajibkan untuk memberikan dana hanya di awal tahapan seleksi saja. Namun, ada juga yang memberikan dana di awal, dan diharuskan memberikan kompensasi lain saat terpilih sebagai kepala daerah. Belum lagi, calon kepala daerah tersebut memiliki tanggungan untuk menutup biaya kampanye.

Besarnya kebutuhan calon kepala daerah, menurut Ade, mau atau tidak, didapatkan dengan berbagai cara yang melibatkan praktik korupsi. Salah satunya, kata Ade, didapatkan dari sumbangan para pengusaha yang memiliki kepentingan usaha di suatu daerah.

"Pengusaha menjadi donatur karena ingin mendapat proteksi, kemudahan dalam proses usaha. Biasanya, mereka tidak mau ditulis dalam laporan dana kampanye karena jumlah yang cukup besar," kata Ade.

Modus lain yang biasa digunakan, menurut Ade, adalah penggunaan sumber daya negara oleh para petahana. Menjelang pelaksanaan pilkada, lanjut dia, dana APBD biasanya dimanfaatkan sebagai sumber memperoleh dana. Bahkan, di beberapa daerah, kata Ade, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dijadikan dana kampanye dan modal politik.

Meski telah ada aturan-aturan mengenai dana kampanye, menurut Ade, tetap diperlukan pengawasan lebih dari masyarakat, khususnya dalam transparansi anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerah. Hal itu setidaknya menutup celah praktik korupsi menjelang pilkada langsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Nasional
5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

Nasional
Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Nasional
Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Nasional
Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Nasional
BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Nasional
Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Nasional
Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Nasional
Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Nasional
DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

Nasional
Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Nasional
Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Nasional
TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

Nasional
Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com