JAKARTA, KOMPAS.com — Koalisi Merah Putih (KMP) diprediksi tidak akan berumur panjang. Ketua DPP Partai Golkar versi Munas IX Jakarta, Tb Ace Hasan Syadzily, melihat KMP didasari pada politik transaksional sehingga mudah sekali bubar di tengah jalan.
"Saya yakin koalisi tanpa ideologi akan dengan mudah untuk pecah dan bubar. Terlebih lagi, koalisi politik ini berbasiskan pada kepentingan transaksional elite politik berdasarkan atas kepentingan jangka pendek," ujar Ace di Jakarta, Jumat (12/12/2014).
Ace mengatakan, perpecahan itu terlihat pada sikap partai-partai KMP terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Jika sebelumnya KMP menolak pilkada langsung, mereka lalu berubah arah mendukung Perppu Pilkada.
Ace menduga, jika target dan keinginan politik jangka pendek pendukung koalisi KMP sudah dipenuhi oleh pemerintah, maka partai-partai itu akan berpindah mendukung pemerintah.
"Oleh karena itu, hati-hati jika mengatakan bahwa KMP itu sifatnya permanen," imbuh Ace.
Munas Golkar di Jakarta, lanjutnya, justru mendorong agar koalisi-koalisi itu dibubarkan karena tidak sesuai dengan semangat presidensial. Partai Golkar, sebut Ace, mendukung pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat tanpa harus terkotak-kotak dalam koalisi yang bersifat transaksional-jangka pendek.
"Jika pemerintah salah, ya (bersikap) kritis. Apabila sesuai dengan harapan rakyat, ya harus didukung," imbuh mantan anggota DPR RI itu.
Partai Persatuan Pembangunan kubu Djan Faridz akan memutuskan sikap politiknya perihal kerja sama dengan KMP pada Jumat ini. Pembahasan di internal dilakukan lantaran mereka merasa tidak dianggap oleh KMP.