Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahalnya Biaya Munas Golkar

Kompas.com - 04/12/2014, 06:03 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengurus Partai Golkar menggelar suksesi kepemimpinan untuk lima tahun mendatang. Pesta "kaum beringin" itu digelar secara tak tanggung-tanggung, di Pulau Dewata dengan penginapan dan ruangan rapat di hotel berkelas bintang lima selama empat hari, mulai dari 30 November hingga 3 Desember 2014.

Menurut informasi, panitia menyediakan 1.433 kamar di hotel mewah yang bernama Westin di Nusa Dua. Menurut situs dari www.westinnusaduabali.com, harga sewa kamar per hari paling murah Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.

Jika Rp 2 juta dikalikan dengan jumlah undangan 1.433, angka untuk biaya penginapan satu malam mencapai Rp 2,866 miliar. Acara Munas IX Partai Golkar itu berlangsung selama empat hari, maka didapat angka Rp 11,464 miliar.

Angka itu baru sebatas biaya penginapan di Westin, belum termasuk biaya untuk sewa ruangan rapat selama munas. Belum lagi jika dihitung biaya perjalanan para tamu undangan yang ditanggung oleh panitia yang berasal dari daerah-daerah, lalu biaya untuk keamanan selama munas diselenggarakan.

Angka Rp 11 miliar lebih itu baru hitungan di atas kertas untuk satu hotel, padahal panitia mengundang lebih dari 5.000 kader Golkar di seluruh Indonesia dan menginap di 7 hotel, salah satunya di Hotel Westin tadi. Lalu, berapa sebenarnya biaya penyelenggaraan Munas IX Partai Golkar?

Menurut Ketua DPD Bali I Ketut Sudikerta, biaya yang dianggarkan untuk Munas IX itu mencapai Rp 20 miliar. Ini artinya bertambah 100 persen dari Munas VIII di Pekanbaru pada 2009 lalu yang menghabiskan Rp 10 miliar.

Elite politik tidak miliki kepekaan

Analis politik dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi, menyebut elite politik tidak memiliki kepekaan. Ia menilai apa yang dilakukan elite Partai Golkar telah memalingkan muka dari harapan publik atas praktik politik dan pemerintahan yang berbasis pada kesederhanaan dan hidup hemat. Elite partai juga mencederai esensi berkompetisi dengan baik manakala anggaran tersebut juga bagian dari praktik politik uang.

"Secara etika politik, hal tersebut tidak menggambarkan kepekaan untuk kembali meraih kepercayaan publik di tengah melemahnya kepercayaan publik atas praktik kepolitikan yang berbasis pada penguatan pelayanan publik, dengan memperkuat basis anggaran untuk hal tersebut," kata Muradi.

Muradi merasa ironis dengan praktik yang dilakukan oleh Partai Golkar. Ia pun berharap masyarakat terbuka matanya dan memberikan hukuman tersendiri dari praktik tersebut.

"Karenanya, publik harus melakukan penghukuman atas praktik biaya tinggi yang dilakukan elite Partai Golkar demi mempertahankan kekuasaan. Salah satunya adalah dengan menolak segala bentuk program politik yang ditawarkan oleh partai tersebut, termasuk misalnya dengan tidak memilihnya pada sejumlah kontestasi di semua level, baik legislatif maupun eksekutif," tutup Muradi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com