KOMPAS.com - Demokrasi menjamin berlangsungnya pergantian kekuasaan secara periodik dan damai. Di negara demokrasi yang sama, dijamin juga soal pergantian gaya pemegang kuasa berikut perangkat dan tim horenya sesuai selera.
Untuk hal ini, Indonesia boleh berbangga. Pergantian elite penguasa 20 Oktober 2014 berjalan damai. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono meninggalkan Istana bersama sejumlah menterinya dengan baik-baik.
Presiden ke-7 RI Joko Widodo lalu masuk Istana dengan damai dan aman meskipun ratusan ribu orang mengantarnya. Tak ada konflik fisik. Yang ada justru pesta hingga larut malam untuk mengantar penguasa baru atau tuan baru di Istana.
Seperti layaknya Indonesia, pergantian tuan mengubah pula wajah perangkat Istana serta tim horenya. Mengikuti gaya Jokowi, sekarang pegawai Istana menggunakan kemeja putih dan bawahan hitam. Di era SBY, pakaian pegawai Istana biasanya safari atau jas lengkap seperti kerap dipakai tuannya.
Kemeja putih dan bawahan hitam sebenarnya bukan hal baru juga. Periode sebelumnya, pegawai Kantor Wakil Presiden juga menggunakan kemeja putih dan bawahan hitam. Mereka menyesuaikan dengan gaya Wapres Boediono yang senang memakai setelan baju tersebut.
Gaya berpakaian yang berbeda terlihat juga saat pelantikan 34 menteri kabinet yang diberi nama Kabinet Kerja. Pada siang hari, mereka pakai batik coklat, bukan setelan jas warna gelap dengan dasi terikat seperti sebelumnya. Di luar soal gaya, pilihan ini lebih tepat dengan cuaca Jakarta.
Kemarin, saat kunjungan luar kota pertamanya, perbedaan gaya terasa. Datang ke Karo, Sumatera Utara, ia memangkas pengiring dan mengajak wartawan di rombongan utama di Pesawat Kepresidenan. Sejak dibeli di era SBY, baru kali ini wartawan ikut di pesawat kepresidenan berwarna biru itu.
Di Kabanjahe, Jokowi mengunjungi tiga tempat pengungsian warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Tiap pertemuan dengan pengungsi berlangsung singkat. Jokowi lebih banyak mendengar keluh kesah pengungsi, lalu memutuskan solusi. Misalnya, soal relokasi pengungsi.
Di kompleks Universitas Karo yang dijadikan pengungsian, kondisi dibiarkan apa adanya. Jemuran pakaian dalam pengungsi tidak dirapikan saat Jokowi melintas.
Di Kabanjahe, Jokowi tak mau hadir di acara resmi pemaparan kondisi terakhir pengungsi dan Gunung Sinabung. Sebagai gantinya, rapat singkat tertutup digelar.
Selain tiga pengungsian di Kabanjahe, Jokowi juga mendatangi penampungan pengungsi di Desa Gurukinayan di kaki Gunung Sinabung. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam dari Kabanjahe. Rombongan berjalan kaki cukup jauh dari tempat mobil berhenti. Ketika itu, terlihat manfaat sepatu bersol karet yang dipakai Komandan Jenderal Paspampres Mayjen Andika Perkasa. Berjalan di depan Presiden, ia tersenyum saat disinggung soal sepatunya. "Jelas, kan, manfaatnya sekarang," tuturnya sambil menapaki jalan yang tertutup pasir vulkanik.
Sejak mengawal Jokowi, Andika selalu memakai sepatu bersol karet tebal dan celana panjang lapangan warna hitam, dipadu atasan kemeja batik. Sepatu kulit pantofel bersemir mengilat dan baju safari rapi terseterika yang identik dengan Paspampres ditinggalkannya.
Ganti Presiden, ganti pula gaya. Pada akhirnya, yang ditunggu adalah hasil akhir meningkatnya kesejahteraan rakyat. Soal kesejahteraan ini tidak bisa diganti dengan gaya. (ATO)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.