Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementerian Lingkungan Hidup Disarankan Dipimpin Aktivis Lingkungan

Kompas.com - 30/07/2014, 10:07 WIB


BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com
 — Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Lampung Bejoe Dewangga menilai, aktivis lingkungan hidup layak dan dapat memberi kemaslahatan bila dipercayai memimpin Kementerian Lingkungan Hidup dalam pemerintahan selanjutnya.

"Saya sangat sepakat sosok aktivis lingkungan seperti Chalid Muhammad menjadi Menteri Lingkungan Hidup karena memiliki jiwa muda dan semangat masih berapi-api," kata Bejoe, di Bandarlampung, Rabu (30/7/2014), seperti dikutip Antara.

Chalid Muhammad lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 10 Desember 1965. Sejak 2008, ia menjadi koordinator Institut Hijau Indonesia. Pada periode 2005-2008, Chalid menjadi Direktur Eksekutif Walhi Nasional.

Melalui akun resmi, kubu calon presiden-wares terpilih 2014-2019 Joko Widodo-Jusuf Kalla di media sosial meminta publik berpartisipasi memikirkan siapa yang cocok menjadi pembantu presiden dan wakil presiden periode mendatang.

Chalid masuk dalam Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR) yang disusun tim Jokowi Center. Dua kandidat lain yang diusulkan, yakni Charlie Heatubun dan Dodo Sambodo. (baca: Ini Daftar Calon Menteri Kabinet Alternatif Usulan Rakyat)

"Secara kinerja di bidang lingkungan Chalid telah terbukti. Dia belum pernah tersandung kasus, baik HAM maupun korupsi. Selama empat tahun memimpin Walhi Nasional secara pemahaman dan konsep pengelolaan lingkungan hidup telah ditunjukkan dengan solusi dan memberikan manfaat pada rakyat," ujar Bejoe.

Hal yang sudah dilakukan Chalid adalah memperjuangkan hak-hak rakyat ketika dirampas oleh perusahaan. Keberhasilan selama advokasi mendasari pemahaman dalam konsep lingkungan hidup sehingga tidak semudah melepas busur anak panah pada saat memberikan perizinan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

"Karena itu, jika Menteri Lingkungan Hidup diberikan kepada orang yang paham terhadap lingkungan, maka pengurangan kerusakan lingkungan akan mampu diatasi. Dasar utama penyebab kerusakan lingkungan adalah pada pemberian perizinan di daerah. Kalau menterinya berpengalaman termasuk para aktivis, maka mereka akan membaur dan menjadikan masyarakat sebagai mitra kerjanya bukan obyek kerja," ujarnya.

Menurut Bejoe, Walhi selalu menyikapi persoalan lingkungan hidup, sehingga perlu adanya perubahan di Kementerian LH dalam memberikan kewenangan sampai tingkat daerah sehingga pengawasan terhadap perusahaan dalam pemberian izin maupun pengawasan operasionalnya harus diperketat.

Chalid adalah aktivis LH yang meyakini bahwa cara efektif bagi perjuangan lingkungan hidup adalah membangun daya kritis masyarakat.

Menurut dia, apabila upaya membangun kesadaran kritis masyarakat terus meningkat, banyak hal yang dapat berubah di negeri ini, termasuk perbaikan total atas sistem peradilan dan koreksi terhadap paradigma pembangunan yang telah terbukti gagal menyejahterakan rakyat itu.

Chalid meyakini, bila rakyat makin kritis, mereka bisa memberikan sanksi politik terhadap partai atau penguasa yang secara langsung atau tidak memberikan perlindungan terhadap perusak lingkungan hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com