Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketum Gerindra: Sejak Dulu Hasil Survei Jadi Kontroversi

Kompas.com - 10/07/2014, 13:44 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi menilai, hasil survei maupun hitung cepat yang dilakukan lembaga survei kerap menjadi kontroversi. Pasalnya, hasil yang dirilis antara lembaga survei satu dengan yang lain seringkali berbeda.

“Survei itu kan sejak dulu menjadi kontroversi,” kata Suhardi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/7/2014).

Ia mencontohkan, saat Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, mayoritas lembaga survei menyatakan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi keluar sebagai pemenang. Namun kenyataanya, hasil real count yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta menyatakan pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahja Purnama sebagai pemenang.

Suhardi mengatakan, kesalahan hasil survei disebabkan karena populasi yang diambil sebagai sampel terlalu kecil. Sehingga, hal tersebut tidak dapat menjadi gambaran atas sikap masyarakat. (baca: "Quick Count", Ini Hasil Lengkap 11 Lembaga Survei)

“Sampelnya kecil banget, misalnya jumlah penduduk kita 200 jutaan, tapi sampelnya hanya 0,1 atau bahkan 0,00000 sekian,” katanya.

Lebih jauh, kesalahan hasil survei juga dapat terjadi apabila lembaga survei tertentu dibayar oleh salah satu pihak.

“Kemungkinan salahnya lebih besar lagi, apalagi jika lembaga survei ingin memenangkan salah satu pihak karena sudah dibayar,” kata Suhardi.

Sebelumnya, tujuh dari 11 lembaga survei yang melakukan hitung cepat atau quick count dalam Pemilu Presiden 2014 menyebut pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang pemungutan suara. Lembaga tersebut, yakni Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia, Indikator Politik Indonesia, Populi Center, CSIS, Radio Republik Indonesia, dan Saiful Mujani Research Center.

Sebaliknya, empat lembaga survei lain menyebut pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai pemenang. Lembaga tersebut, yakni Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com