Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didit di Antara Orangtuanya

Kompas.com - 02/07/2014, 14:55 WIB


KOMPAS.com - Ragowo Hediprasetyo (30) atau Didit antusias bercerita kerjanya di dunia adibusana internasional. Mengambil jalan berbeda dengan kedua orangtuanya di politik, Prabowo Subianto dan Titik Suharto, Didit ingin hadir sebagai perancang yang dihargai karena kualitas karya, bukan keluarga.

Menjadi Direktur Kreatif di Didit Hediprasetyo (DH) Couture, Didit tengah memadukan songket hitam Sumatera Utara dengan denim Jepang dan bordir Prancis. ”Saya ingin menekankan, karya tradisional Indonesia sejajar dengan karya khas negara-negara lain,” katanya dalam wawancara dengan Kompas.

Sejak awal, Didit menggunakan kain tradisional Indonesia sebagai pembeda. Lulus dari Departemen Fashion Design Parsons School of Design, Didit pulang ke Indonesia untuk riset kain tradisional di Sumut. Portofolio itu bisa tampil di Paris Couture Fashion Week 2010 atas dukungan profesornya.

Menurut Didit, ada perbedaan antara budaya Timur dan Barat. Di Indonesia, ia dibesarkan dengan tata krama untuk menerima segala aspek kehidupan. Di Barat, individualisme dalam berkarya sangat ditekankan, bahkan sampai pada titik pemberontakan. Didit kerap harus bekerja dalam dua dunia berbeda. Di Indonesia harus hati-hati mengungkapkan pikiran. Di Eropa harus memperjuangkan ide-idenya.

Anak tunggal pasangan Prabowo dan Titik, yang kemudian berpisah ini, mengatakan, ayahnya selalu menekankan untuk tidak putus asa. Sejak ia kecil, ia merasa keluarganya dilanda kepahitan. Namun, dari ayahnya, Didit belajar bangkit, ikhlas, dan terus belajar. ”Terus berkarya semaksimal mungkin tanpa ekspektasi apa pun,” kata Didit.

Dengan Prabowo, Didit sering minta masukan soal sejarah untuk risetnya. Pernah Didit khawatir ayahnya kecewa karena ia harus mengulang kuliah Sejarah Seni. Waktu itu, Didit tidak mengumpulkan karya tulis yang dirasanya kurang bagus. ”Tapi, begitu saya kasih tahu, beliau cuman mengingatkan, sering kali ambisi kita sendiri yang mematahkan semangat kita,” katanya.

Untuk karier, Didit bercerita, kadang-kadang kedua orangtuanya banyak memberi komentar. Kedua orangtuanya lantas memberi kepercayaan penuh pada pilihan hidup Didit. Belakangan, gara-gara sama-sama sibuk, Didit jarang bertemu orangtuanya. Untuk upaya ayahnya dalam Pemilu Presiden 2014, Didit percaya akan visi dan misi ayahnya. Sesekali keduanya bertemu setelah sekian lama, seperti saat hari lahir mantan Presiden Soeharto, 8 Juni lalu, di Masjid Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Seusai shalat, Didit membungkuk dan mencium tangan ayahnya di haul kakeknya. (Edna C Pattisina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com