Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menduga-duga Arah Dukungan SBY

Kompas.com - 21/04/2014, 17:22 WIB

KOMPAS.com - Di tengah riuh rendah pertemuan yang dilakukan sejumlah kandidat calon presiden dan elite partai politik untuk membentuk koalisi menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono nyaris tak terdengar suara dan manuvernya. Pernyataannya di hadapan media, selaku Ketua Umum Partai Demokrat, terakhir kali tercatat dilakukannya pada Rabu (9/4/2014) malam. Saat itu, berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, partainya diprediksi menempati posisi keempat. Dalam kesempatan tersebut, Yudhoyono lalu memberikan ucapan selamat kepada sejumlah parpol yang masuk dalam papan atas.

Sampai sekarang, berdasarkan informasi yang dihimpun, internal elite Demokrat belum merampungkan kalkulasi politik menuju Pemilu Presiden 2014. Oleh karena itu, sinyal sikap politik parpol ini juga belum kelihatan. Demokrat sepertinya juga masih berusaha ”menenangkan diri” setelah menghadapi kenyataan pahit, bakal kehilangan banyak kursi di DPR periode 2014-2019.

Meski demikian, terdapat sejumlah skenario yang sedang disiapkan Partai Demokrat. Pertama, membentuk poros keempat, di luar poros Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie. Relatif meratanya perolehan suara parpol dalam Pemilu Legislatif 2014 membuat skenario itu memiliki peluang. Bukan tidak mungkin, salah satu capres dari tiga poros yang sekarang muncul mendadak ditinggalkan parpol mitra mereka sehingga tidak bisa mengikuti pemilu presiden karena kekurangan dukungan. Ini karena pasangan capres-cawapres harus diajukan parpol atau koalisi parpol yang minimal memiliki 25 persen suara nasional atau 20 persen perolehan kursi di DPR.

Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda berpendapat, Demokrat berpeluang untuk tampil sebagai pemimpin poros baru atau poros keempat. Lewat poros ini, Demokrat pun bisa mengajukan capres sendiri.

Skenario lainnya adalah mendukung salah satu poros capres yang sekarang muncul. Skenario ini lebih realistis ketimbang skenario pertama. Persoalannya, poros manakah yang akan didukung Demokrat? Pertanyaan ini bisa dibuat dalam bentuk yang lebih tajam: capres mana yang didukung Yudhoyono?

Sampai saat ini, dalam rapat internal di Partai Demokrat setelah pemilu legislatif, Yudhoyono kabarnya belum memberi sinyal poros capres yang didukungnya.

Saat yang sama, sebagian elite Partai Demokrat, terutama kelompok muda, mulai mengkristal keinginan agar parpol itu tidak mendukung poros capres tertentu. Bukan tidak mungkin, kelak Yudhoyono sejalan dengan kelompok ini. Namun, tetap ada kemungkinan, Yudhoyono mengambil sikap yang justru berseberangan dengan mereka sehingga kelompok muda yang tidak suka dengan capres tertentu itu berpotensi hengkang dari Partai Demokrat.

Dalam wawancara di Youtube.com yang diluncurkan Kamis (17/4), Yudhoyono mengingatkan, Partai Demokrat tidak mau sekadar menjadi pelengkap untuk memenuhi syarat minimal pengajuan capres-cawapres. Yudhoyono ingin parpolnya tetap bisa memberikan kontribusi dan peran cukup penting dalam koalisi pemerintahan yang akan diikutinya. Ketimbang hanya sebagai pelengkap, Partai Demokrat merasa lebih baik menjadi oposisi.

Hanta meyakini, Partai Demokrat pasti telah melakukan komunikasi dengan ketiga poros capres. Dari tiga poros yang ada, Demokrat, menurut dia, memiliki peluang kecil untuk menjalin kerja sama dengan poros Jokowi yang dimotori PDI-P. Hubungan tidak harmonis Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan Yudhoyono membuat kecil kemungkinan PDI-P membuka pintu bagi Partai Demokrat. ”Meski kita tahu, Demokrat terus berusaha keras menjalin hubungan dengan PDI-P,” ujarnya.

Menurut Hanta, Partai Demokrat memiliki kans untuk mengajukan cawapres dari internal partai itu sendiri kepada Prabowo dan Aburizal. Namun, tidak tertutup kemungkinan, mereka mengusung Hatta Rajasa (Ketua Umum PAN) sebagai cawapres. Dalam 10 tahun pemerintahan Yudhoyono, Hatta adalah orang kepercayaan.

Bagaimanapun, sebagai kekuatan politik yang selama 10 tahun berkuasa, Partai Demokrat memiliki sejumlah keunggulan yang membuat mereka dapat memberi peran cukup besar dalam pemerintahan 2014-2019. Keunggulan itu antara lain, parpol tersebut punya stok cawapres yang sulit ditolak poros capres yang ada saat ini. Sangat ironis jika Partai Demokrat sampai tidak memiliki tokoh dengan kualitas yang memadai menjadi wapres.

Kandidat cawapres ini sulit ditolak poros capres yang muncul saat ini karena calon itu antara lain berpengalaman mengelola dinamika politik pemerintahan Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kandidat itu juga bisa memberi keunggulan strategis bagi pasangannya dalam pertempuran pemilu presiden, entah dengan menambah perolehan suara atau menyaingi lawan yang sangat piawai bersiasat.

Siapa sosok cawapres tersebut? Sebagai politisi andal dan berpengalaman, Yudhoyono pasti sudah memikirkannya. (A Tomy Trinugroho)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com