JAKARTA, KOMPAS.com - Arah koalisi Partai Kebangkitan Bangsa untuk menghadapi pemilu presiden mulai mengerucut kepada kubu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan bakal calon presiden Joko Widodo dan kubu Partai Gerindra dengan bakal capres Prabowo Subianto. PKB semakin intensif melakukan penjajakan terhadap dua partai tersebut.
"Ya, terus kita jajaki lah. Pokoknya di dua poros yang besar ini," ujar Ketua DPP PKB Helmy Faishal Zaini di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, Senin (15/4/2014).
Helmy mengatakan, bagi PKB, ada dua hal yang perlu disepakati dalam membangun koalisi. Pertama, kata dia, adalah platform yang akan diusung oleh calon presiden. Ada beberapa poin-poin yang perlu disepakati terkait dengan blue print Indonesia kedepan.
Kedua, lanjut dia, terkait porto folio dari kesepakatan dalam koalisi ini. Menurutnya, koalisi ini harus diisi oleh pemerintahan yang berjalan efektif dan efisien.
Helmy memberi contoh, tidak bisa misalnya ada anggota koalisi yang "genit" ketika berada di kabinet nantinya, tetapi dipertahankan. Ia mengatakan, harus ada hukuman terhadap anggota koalisi yang seperti itu agar nantinya terbentuk pemerintahan yang kuat.
Terkait capres dan cawapres, Helmy mengatakan, jika hasil hitungan resmi KPU perolehan suara PKB tetap sekitar 10 persen, maka PKB tidak mungkin menjadi pemimpin koalisi. Dalam konteks itu, kata dia, Rhoma Irama, Mahfud MD, dan Jusuf Kalla akan ditawarkan kepada dua poros tersebut untuk menjadi cawapres.
"Kita hanya menawarkan nama-nama itu. Kita sudah umpan bola, sekarang terserah mereka bolanya mau ditembak langsung atau diolah-olah lagi, ujar Helmy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.