"Pemimpin tidak punya visi, misi, bagaimana kita melihatnya? Enggak punya misi, yang penting kerja, ya enggak boleh gitu dong," ucap Didik dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (5/4/2014).
Didik menilai, nasionalisme merupakan sikap yang penting dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Sejauh ini, katanya, nasionalisme Jokowi sulit diukur karena Gubernur DKI Jakarta itu tidak pernah menunjukkan sikap dan pandangannya secara tegas ke hadapan publik.
"Jokowi, saya tidak bisa mengukur karena sikapnya. Jokowi, enggak kelihatan," sambung Didik.
Jokowi, katanya, kerap menghindar ketika dicecar wartawan mengenai pencalonannya sebagai presiden.
Didik juga menyampaikan penilaiannya terhadap nasionalisme tokoh lain yang disebut-sebut masuk dalam bursa calon presiden 2014. Untuk Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Didik menilai Prabowo selama ini memang menjual nasionalismenya. Namun, lanjutnya, nasionalisme Prabowo cenderung berbenturan dengan budaya globalisasi.
"Prabowo menawarkan nasionalisme yang cukup keras tetapi agak ke dalam, padahal tantangan kita kan globalisasi. Zaman sekarang kan enggak kuper, tapi harus bisa bergaul dengan dunia internasional," ujarnya.
Contoh lainnya, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang juga mencalonkan diri sebagai presiden 2014. Menurut Didik, nasionalisme Aburizal terkesan lebih global karena latar belakangan Aburizal sebagai pengusaha.
"Dahlan Iskan, dia juga masih bingung mau dicalonkan atau tidak. Hatta Rajasa, Wiranto, bagian dari yang punya potensi mengembangkan nasionalisme," ucapnya.
Sementara itu, ekonom dari Megawati Institute, Imam Sugema, menyampaikan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri selama ini telah menunjukkan sikap nasionalismenya. Menurut Imam, sikap nasionalisme Megawati diperlihatkan dengan tidak mencalonkan diri sebagai presiden kemudian menunjuk Jokowi sebagai bakal capres yang diusung PDI-P.
"Siapa ketum partai lain yang rela memandatkan orang lain yang bukan dari apa-apa untuk menjadi capres? Semua ketum menginginkan dirinya menjadi capres. Inti dari nasionalisme adalah kepentingan nasional bukan pribadi, dan Mega sudah membuktikan itu, dia merelakan dirinya untuk Indonesia hebat," tutur Imam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.