JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai penetapan Joko Widodo (Jokowi) sebagai bakal calon presiden PDI Perjuangan belum tentu berdampak positif terhadap elektabilitas PDI-P. Pasalnya, citra Jokowi dinilai jauh lebih positif dibanding PDI-P.
"Citra Jokowi jauh lebih positif dari PDI-P sehingga pemilih Jokowi belum otomatis adalah pemilih PDI-P. Wajar kemudian kalau muncul fenomena 'Jokowi Yes, PDI-P No'," kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/4/2014).
Hendri menjelaskan, sosok Jokowi selama ini masih diidentikkan dengan sosok gubernur DKI Jakarta yang sederhana dan sering turun ke lapangan untuk menyapa rakyatnya. Sementara, citra PDI-P masih diidentikkan dengan partai politik oposisi yang arogan.
"Misalnya, pernyataan Puan (Maharani) yang bilang kalau PDI-P tidak dapat 20 persen berarti dicurangi. Itu kan arogan sekali. Jauh dari sosok Jokowi yang humble dan sederhana," ujar dia.
Kondisi seperti ini, menurut Hendri, akan menyebabkan Jokowi kesulitan untuk meraih kursi RI 1. Pasalnya, agar Jokowi bisa didaftarkan sebagai capres, PDI-P mesti mendapat suara yang signifikan di pileg nanti.
Selama ini, kata Hendri, PDI-P selalu menjual sosok Jokowi dalam kampanyenya. Hendri meragukan cara berjualan itu akan efektif karena perbedaan citra antara Jokowi dan PDI-P.
"Harusnya citra Jokowi dan PDI-P harus disamakan terlebih dahulu, bentuk citra PDI-P seperti sosok Jokowi. PDI-P harus menginstrukikan kader dan calegnya untuk mempunyai cara komunikasi politik yang serupa dengan Jokowi," ujarnya.
Hal lain yang bisa dilakukan, menurut Hendri, adalah dengan menampilkan sosok Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Jokowi bersama-sama lagi. Dengan begitu, masyarakat bisa melihat kalau Jokowi adalah PDI-P dan PDI-P adalah Jokowi.
"Sejak penugasan Jokowi sebagai capres, Megawati belum terlihat bersama Jokowi lagi," ujarnya.
Sebelumnya, PDI-P memilih memisahkan sejumlah tokohnya dalam kampanye agar memperoleh banyak suara dalam pileg pada 9 April nanti. "Kita bagi-bagi, semata-mata hanya pertimbangan teknis. Akan ada titik di mana nanti Pak Jokowi dan Bu Mega akan berkampanye bareng," ujar Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Achmad Basarah.