JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah AM Fatwa menilai romantisme Orde Baru yang saat ini digaungkan oleh Partai Golkar dalam kampanye menjelang pemilu menunjukkan ketidakpuasan masyarakat atas pola kepemimpinan yang "abu-abu" atau serba tidak pasti. Sosok Presiden kedua RI Soeharto yang mengawali rezim Orde Baru dianggap sebagai sosok yang mampu memberikan kepastian.
"Sekarang masalahnya abu-abu dan Golkar membawa isu Orde Baru itu sebagai merah ya merah, putih ya putih, jelas. Sekarang ini sering tidak jelasnya, kebanyakan abu-abu," ujar Fatwa di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
Fatwa yang sempat keluar masuk tahanan akibat berunjuk rasa pada masa Orde Baru ini mengaku tak setuju dengan rezim itu dalam hal demokrasi dan perlindungan HAM. Akan tetapi, dalam soal ketegasan, Soeharto dinilai patut dipuji karena bisa melindungi kepentingan nasional.
Calon senator dari daerah pemilihan DKI Jakarta ini juga melihat wajar jika Partai Golkar mengusung kembali romantisme Orde Baru dan mengulang kalimat yang kerap diutarakan Soeharto. Dengan begitu, Fatwa melihat Golkar sebenarnya bukan bermaksud mengaburkan fakta, melainkan mengingat kembali sejarah.
"Kalau Golkar tidak membawa Pak Harto, itu baru namanya melupakan sejarah. Soeharto dan Golkar memang bagian yang tak terpisahkan," ujar Fatwa.
Partai Golkar belakangan ini kembali menyinggung soal kejayaan Orde Baru. Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical bahkan meminta kader Partai Golkar sekaligus anggota organisasi massa yang berafiliasi di dalamnya untuk tidak malu mengakui kalau Golkar berjaya pada era Orde Baru. Bahkan, Ical meminta mereka untuk bangga dengan masa kepemimpinan Soeharto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.