"Saya diundang ke TMII. Profesornya yang memberikan. Beliau mengatakan, ada universitas memberikan Anda sebagai profesor di musik karena dianggap guru besar di musik dangdut," ujar Rhoma.
Rhoma mengaku, sejak menerima gelar tersebut, ia tak pernah menggunakannya. Penyematan "profesor" pada baliho yang terpampang, menurutnya, tak dilakukan oleh tim suksesnya. "Sampai saat ini saya tidak pernah menggunakan. Dari 2005 sampai sekarang, saya tidak pernah menggunakan gelar itu, tetapi masyarakat. Mereka sering announce sendiri, Profesor Rhoma Irama. Mereka tahu dari media. Rakyat Indonesia tahu saya profesor musik sejak saat itu," paparnya.
Bakal calon presiden Partai Kebangkitan Bangsa itu juga mengungkapkan, sejumlah akademisi pernah melakukan penelitian tentang dirinya, musik, serta lirik lagu yang dipopulerkan Soneta, grup yang digawangi Rhoma. "Tahun 1982 ada penelitian 'Rhoma Irama and The Dangdut Style'. Ada juga peneliti dari Jepang, Australia. Jadi memang dipelajari, dengan dasar dangdut sebagai genre musik, lirik-lirik Soneta menurut mereka perlu untuk konsumsi dunia. Dasarnya itu," kata Rhoma.
Seperti diberitakan, baliho dan spanduk bergambar Rhoma Irama di Jalan Tanjung Barat Raya, Jakarta Selatan, sempat mengundang perbincangan. Pasalnya, baliho ini bertuliskan "Presiden Kita Bersama Prof Rhoma Irama".
Rhoma mengaku lebih senang jika namanya hanya ditulis Rhoma Irama, tanpa menggunakan gelarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.