"Marzuki ingin membangun citra, tapi tidak tepat," kata Arie, Senin (17/2/2014).
Arie menuturkan, seharusnya Marzuki menyampaikan hal-hal yang langsung bersinggungan dengan nasib rakyat banyak, dan bukan sekadar melontarkan pendapat yang terkait pada partainya saja. Apa yang dilontarkan Marzuki dianggapnya tidak fair dan berpotensi menjadi bumereng untuk citra Partai Demokrat.
Saat ini, kata Arie, sekeras apa pun Marzuki membela politisi Partai Demokrat, publik tetap memilih percaya pada KPK. Kalaupun ada dugaan rekayasa, hal itu dianggap publik hanya subyektivitas Marzuki yang memiliki kepentingan dengan nama baik partainya.
"Kalau hanya protes terkait Demokrat itu tidak fair, apalagi yang diprotes KPK. Publik lebih percaya KPK daripada Demokrat," pungkasnya.
Sebelumnya, Marzuki menuding ada praktik politisasi oleh penegak hukum terkait banyaknya kader Partai Demokrat yang terjerat kasus korupsi. Marzuki berpendapat, Ketua Umum DPP Partai Demokrat yang menjabat Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono, perlu melakukan intervensi terhadap penegakan hukum yang disebutnya sudah kebablasan itu.
Marzuki mencontohkan kasus kriminalisasi kader Partai Demokrat di Sumatera Utara dan Nias Selatan. Dia menuturkan, kader Demokrat di Sumut hanya merelakan sebidang tanahnya untuk dijadikan kantor Bupati, tetapi dijadikan tersangka. Demikian pula dengan salah satu kader Demokrat di Nias Selatan yang disebut Marzuki menjadi tersangka tanpa dasar yang jelas. Ia tak merinci kasusnya.
Untuk kasus-kasus ini, Marzuki meminta Jaksa Agung Basrief Arief dan Kapolri Jenderal (Pol) Sutarman tidak tutup mata. Ia mendesak Jaksa Agung dan Kapolri memecat anak buahnya yang melakukan kriminalisasi terhadap kader Demokrat. Di sisi lain, Marzuki kembali mengkritik sikap SBY yang tidak mau ikut campur dalam penegakkan hukum.
"Beliau sangat konsisten tidak mau masuk ke sana. Padahal, kader-kadernya dikriminalisasi semua. Ini bahaya, kalau mafia politik mengintervensi sampai pemilu akan datang," ungkap Marzuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.