"Kami dari Persekutuan Gereja dan Forum Umat Kristiani menyerukan untuk tidak golput. Kami memang tidak punya kuasa untuk itu, tapi kami hanya bisa menyerukan," kata Ketua Umum PGI, Pdt Andreas A Yewangoe, saat membacakan pesan pastoral di Wisma PGI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2014).
Keputusan ini berdasarkan Sidang PGI 2014 di Merauke, Papua. PGI, kata Andreas, khawatir bila rakyat golput, maka yang terpilih adalah wakil-wakil rakyat yang tidak diharapkan sehingga merugikan.
"Jadi prinsip 'minus malum' dipakai dalam konteks ini. Kita memilih yang kurang buruk dari yang buruk. Dan, kita berdoa agar yang kurang buruk itu menjadi lebih baik," ujarnya.
Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia PGI Jeirry Sumampow mengatakan, ada beberapa alasan di balik sikap lembaganya menyerukan masyarakat agar tidak golput. Alasan pertama, kata dia, adalah Sidang Raya PGI tahun 1972 di Sumatera Utara yang menyerukan kepada gereja agar terlibat dalam partisipasi politik.
"Karena itu, ikut memilih tak hanya semata-mata hak konstitusional warga negara, tapi juga sebagai bagian dari tanggung jawab iman bagi umat Kristen di tengah-tengah bangsa ini," kata Jeirry.
Alasan lainnya, Jerry mengatakan, pemilu adalah alat kontrol dan kritik terhadap kekuasaan. Dengan prinsip reward and punishment kepada partai atau penguasa, umat Kristen akan menentukan arah perubahan bangsa.
"Selain itu, tingginya angka golput juga menyebabkan terjadinya kecurangan dan manipulasi suara. Dengan memilih, kita berharap bisa meminimalisasi kecurangan dan manipulasi suara tersebut," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.