“Saya jamin dengan sepenuh kehormatan saya, karena potensi ICMI terlampau besar jika hanya digunakan untuk politik praktis. Jubah politik tidak akan saya gunakan tapi naluri mengkonsolidasi seluruh cendikiawan, profesor, doktor, yang jumlahnya ratusan nanti, saya pastikan akan diperdayakan,” tutur Priyo di Jakarta, Sabtu (21/12/2013) malam, seusai serah terima jabatan.
Priyo menjadi ketua Presidium ICMI menggantikan Marwah Daud Ibrahim. Menurut Priyo, memimpin ICMI di tahun politik ini menjadi tantangan tersendiri baginya. Dia mengaku dapat memisahkan antara kepentingan politik Partai Golkar dengan visi dan misi ICMI.
“Saya harus secara baik bisa membedakan mana sebagai tokoh partai dan sebagai komandan ICMI. Ini tahun yang menentukan, saya tahu dan menyadari itu dan karena itu semua senior ICMI turun gunung, semua 'jaga baik-baik ICMI, dan saya siap melakukan itu,” katanya.
Priyo juga mengaku sudah diingatkan oleh seniornya yang duduk sebagai Dewan Penasihat dan Dewan pakar ICMI, di antaranya BJ Habibie, Adi Sasono, Raharjo, AM Fatwa, bahwa tahun politik, tahun yang menentukan arah bangsa.
"Mereka minta kepada saya untuk betul-betul memimpin dengan cemerlang, wisdom dan tetap menjaga marwah ICMI,” ucap Priyo.
ICMI, menurut Priyo, merupakan suatu organisasi yang netral, dan tidak identik dengan partai politik tertentu. Bukan hanya politikus Partai Golkar yang berkiprah di ICMI.
“Ketua dewan pakar itu ketua umum PAN, saya kira kita semua sudah terbiasa, ICMI adalah milik bangsa milik semua nanti dihimpun semua pikiran itu utk kepentingan bangsa bukan lagi kepntingan parpol tertentu,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.