Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi, Alat Pembunuh Parpol Paling Mengerikan

Kompas.com - 19/12/2013, 18:35 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Korupsi menjadi faktor kegagalan paling utama sebuah partai dalam Pemilu. Partai yang dirundung korupsi akan ditendang jauh-jauh oleh masyarakat. Hal tersebut terlihat berdasarkan survei Pol-Tracking Institute yang dirilis di Jakarta, Kamis (19/12/2013). Hampir setengah jumlah responden, atau 49,04 persen menyebut masalah korupsi yang membuat partai gagal dalam pemilu.

"Ini menunjukkan kalau korupsi adalah alat pembunuh partai yang paling mengerikan di Indonesia saat ini," kata peneliti Pol-Tracking Aria Budi memaparkan hasil temuannya.

Sementara itu, gagalnya partai karena menurunnya kepuasan masyarakat menempati urutan kedua dengan angka 15.41 persen. Pemberitaan negatif berada di posisi ketiga dengan angka 5.33 persen. Sisanya, responden memilih perilaku kader (3.80 persen), konflik internal (3.11 persen), lainnya (1.78 persen). Sementara yang mengaku tidak menjawab atau tidak tahu sebanyak 21.53 persen.

Ketua Balitbang DPP Golkar, Indra Jaya Piliang yang hadir dalam rilis itu menilai, korupsi saat ini memang mendapatkan perhatian besar dari masyarakat.

"Sekarang, persepsi soal korupsi lebih besar dari tahun 2004 dan 2009. Dulu cuma 3-4 persen, sekarang 49 persen. Dulu masih banyak yang berpikir masuk partai cara mencari uang secara cepat. Sekarang itu malah membunuh partai itu sendiri," jelasnya.

Sementara itu, untuk faktor yang menjadi kesuksesan partai adalah citra dan kinerja parpol. Masing-masing kategori ini mendapatkan presentase 24.00 persen dan 23.70 persen. Sisanya secara berurut adalah tokoh dalam partai (11.90 persen), pemberitaan positif media massa (8.10 persen), soliditas (6,27 persen), dan faktor lainnya (1,23 persen).

Masyarakat yang mengaku tidak tahu dan tidak menjawab sebesar 24,79 persen. Survei ini dilakukan dengan metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Jumlah sampel adalah 2010 warga di seluruh provinsi di Indonesia yang telah berusia 17 tahun dan bukan anggota TNI/Polri.

Survei dilakukan dengan margin of error 2,19 persen pada tingkat kepecayaan 95 persen. Survei dilaksanakan pada rentang waktu 13 Seprtember 2013 hingga 11 Oktober 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com