Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggelembungan DPT, PDI-P Temukan Potensi 60 "Kursi Haram" DPR

Kompas.com - 12/12/2013, 17:03 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menemukan 10.024.426 pemilih tak wajar yang tersebar di 54 daerah pemilihan. Jumlah pemilih tak wajar itu diperkirakan setara dengan 60 kursi di DPR yang disebut "haram”. Pasalnya, "kursi haram" ini berasal dari suara-suara yang digelembungkan di 54 daerah.

Demikian disampaikan koordinator tim pemantau DPT PDI Perjuangan Arief Wibowo dalam jumpa pers di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Arief menjelaskan, metode yang digunakan adalah menyandingkan data daftar pemilih tetap (DPT) yang secara resmi didapat dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2) versi Kementerian Dalam Negeri.

PDI Perjuangan menelusuri 77 daerah pemilihan yang ada di Indonesia. Arief menuturkan, untuk mendata pemilih siluman, pihaknya juga menggunakan konvensi yang selama ini berlaku, yakni DPT adalah 75 persen dari DAK2. Dengan konvensi ini, PDI Perjuangan pun berhasil menemukan 70 persen daerah pemilihan bermasalah atau sejumlah 54 dapil.

“Sebanyak 47 dapil di antaranya adalah basis massa PDI Perjuangan. Makanya kami sangat peduli betul masalah daftar pemilih ini,” ujar Arief.

Sejumlah daerah yang ditemukan bermasalah ialah semua dapil di Pulau Jawa, mulai dari DKI Jakarta hingga Jawa Timur. Di dapil Bogor yang masuk dalam Jabar V, jumlah pemilih ada 3.251.871 orang. Jumlah ini sekitar 93,2 persen dari total penduduk di daerah Bogor yakni 3.498.223. Dari daerah ini saja, PDI Perjuangan menemukan 634.954 pemilih tak wajar. Jumlah pemilih tak wajar itu jika konversikan dengan bilangan pembagi pemilu (BPP) setara dengan 4 kursi.

“Ini sangat tidak wajar persentasenya hampir 100 persen, artinya hampir semua penduduk di Bogor adalah pemilih, termasuk bayi,” kata Arief.

Di Aceh Selatan, yang masuk dapil Nangroe Aceh Darussalam 1, tercatat ada 617.552 pemilih. Padahal, jumlah penduduk di sana sesuai DAK2 hanya 222.849 orang. Artinya, persentase potensi partisipasi yakni 277,1 persen.

“Di daerah ini ada 450.415 pemilih tak wajar yang kami temukan,” ucap Arief.

Arief berharap agar KPU segera membereskan data pemilih ini. Dia meminta KPU untuk mau menyandingkan data pemilih bersalah berdasarkan nama dan alamat dengan partai-partai yang ada. Hingga kini, aku Arief, KPU tidak pernah dilibatkan PDI Perjuangan dalam proses penyandingan data.

“Kalau sampai suara kami dicaplok dengan cara-cara seperti ini (penggelembungan suara), maka Jokowi tidak akan jadi. Kami tidak tahu siapa yang diuntungkan dari praktik penggelembungan suara seperti ini,” imbuh Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com