Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2013, 11:00 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ekonom yang juga politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo, menilai pernyataan Wakil Presiden Boediono seusai diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi terkait Century, dua pekan lalu, merupakan pernyataan yang cerdas.

Saat itu, Boediono mengatakan bahwa yang bertanggung jawab atas membengkaknya dana talangan Bank Century adalah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Menurut Dradjad, secara tersirat, pernyataan Boediono ini menunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Statement Boediono sangat cerdas soal Century. Dia sebut dana Rp 6,7 triliun itu tanggung jawab LPS. Tapi kemudian, dia hanya bertanggung jawab pada FPJP (fasilitas pendanaan jangka pendek). Dua butir ini adalah sinyal kepada SBY," ujar Dradjad saat berkunjung ke Kantor Redaksi Kompas.com, Selasa (3/12/2013).

Menurut Dradjad, dengan mengatakan bahwa dana Rp 6,7 triliun adalah tanggung jawab LPS, Boediono bisa saja terbebas dari jerat hukum. Pasalnya, Boediono hanya bertanggung jawab pada dana FPJP sebesar Rp 681 miliar. Dana tersebut, kata Dradjad, juga sudah dikembalikan ke Bank Indonesia pada Mei 2013.

KOMPAS/RIZA FATHONI Wakil Presiden Boediono
"Oleh karenanya, Boediono akan berkilah kerugian negara apa yang disebabkannya? Akan terjadi perdebatan hukum di sini," kata Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini.

Di sisi lain, Boediono mengatakan, LPS merupakan aktor yang menjadikan dana talangan Bank Century menjadi Rp 6,7 triliun. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan perkiraan awal, yakni Rp 1,3 triliun, dengan 80 persen ditanggung LPS dan 20 persen lainnya ditanggung pemegang saham Bank Century, Robert Tantular. LPS, kata Dradjad, berada di bawah Menteri Keuangan. Sementara itu, Menteri Keuangan bertanggung jawab kepada Presiden.

"Pak Boed sudah memberikan clue yang sangat jelas kepada KPK," tutur Dradjad.

Dradjad berharap agar penyelidikan KPK tidak terpaku pada proses pencairan dana FPJP. Namun, kata Dradjad, KPK tidak boleh mengisolasi diri terhadap rapat Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) yang diketuai Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani Indrawati, dan anggotanya, Boediono selaku Gubernur Bank Indonesia. 

Ia mengungkapkan, LPS hanya bertugas mencairkan dana. Dengan demikian, Dradjad melihat pembengkakan dana Century diputuskan dalam rapat KSSK tersebut.

"Kalau Boediono sudah menolak, berarti kan tinggal satu lagi, yaitu Sri Mulyani. Maka dari itu, kalau rapat KSSK ini tidak diusut, maka akan ada rangkaian yang terputus. Kalau KPK hanya membatasi pada FPJP, maka faktor hukumnya belum terlalu terlihat," ujar Dradjad.

Boediono tolak tanggung jawab

Seperti diberitakan, Wakil Presiden Boediono menolak disebut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas membengkaknya dana talangan Bank Century menjadi Rp 6,7 triliun. Menurut Boediono, jawaban dari pembengkakan dana talangan itu menjadi tanggung jawab LPS sebagai pihak yang menjadi pemilik setelah Bank Century diambil alih dari pemilik lamanya.

"LPS yang menyelamatkan dan pemegang sahamnya. Setelah itu, yang terjadi LPS dengan pengawas bank, saya kira di situ jawabannya. Jadi, sekarang namanya Bank Mutiara dan LPS," kata Boediono dalam keterangan kepada wartawan di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Sabtu (23/11/2013) malam.

Boediono melanjutkan, setelah Bank Century diambil alih LPS dan mandatnya diserahkan kepada Komite Stabilisasi Sistem Keuangan (KSSK), maka LPS menjadi pemilik sekaligus pengawas Bank Century. Oleh karena itu, Boediono yakin pertanyaan mengenai pembengkakan dana talangan dapat dikonfirmasi kepada LPS.

Berdasarkan data awal, nilai dana talangan dari Bank Indonesia sebesar Rp 632 miliar. Angka Rp 632 miliar itu ditetapkan BI sebagai acuan menangani Bank Century. Sri Mulyani mengaku merasa tertipu dengan data yang diberikan Bank Indonesia dalam keputusan pemberian dana talangan Bank Century. Hal ini dituturkan oleh mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, di forum rapat Pansus Bank Century, 14 Februari 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rakernas Pertama Tanpa Jokowi, PDI-P: Tidak Ada Refleksi Khusus

Rakernas Pertama Tanpa Jokowi, PDI-P: Tidak Ada Refleksi Khusus

Nasional
Ida Fauziyah Sebut Anies Baswedan Masuk Radar PKB untuk Pilkada DKI 2024

Ida Fauziyah Sebut Anies Baswedan Masuk Radar PKB untuk Pilkada DKI 2024

Nasional
Soal Undangan Jokowi ke Rakernas PDI-P, Puan: Belum Terundang

Soal Undangan Jokowi ke Rakernas PDI-P, Puan: Belum Terundang

Nasional
Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Nasional
Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Nasional
MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

Nasional
Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa 'Dikit' Viralkan

Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa "Dikit" Viralkan

Nasional
Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Nasional
Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema 'Student Loan' Imbas UKT Mahal

Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema "Student Loan" Imbas UKT Mahal

Nasional
Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Nasional
Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Nasional
Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Nasional
Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Nasional
Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Nasional
Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com