JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Tim Pengawas Kasus Bank Century, Syarifuddin Sudding, menilai Wakil Presiden Boediono telah melempar tanggung jawab soal proses pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) kepada Bank Century. Menurut Sudding, Boediono yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia turut andil dalam proses pemberian FPJP.
"LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) memberikan dana FPJP ketika ada penetapan. LPS kan hanya sekadar membayar, mengeluarkan dana talangan ketika BI sudah menetapkan bank gagal. Jangan lempar kesalahan ke lainnya," ujar Sudding di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2013).
Politisi Partai Hanura itu menambahkan, kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia memang tidak bisa dikriminalisasi. Namun, dalam kebijakan FPJP, Boediono tetap bertanggung jawab.
"Tapi Boediono melempar tanggung jawab. Bagi kami sudah jelas, dari penetapan bank gagal, ada KSSK, LPS, dan yang membuat kebijakan adalah Dewan Kebijakan BI. Semua terkait," ucap Sudding.
Seperti diberitakan, Boediono telah diperiksa sebagai saksi untuk tersangka mantan Deputi Gubernur BI, Budi Mulya, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Keterangan yang diminta penyidik fokus pada FPJP.
Pertanyaan seputar krisis merupakan upaya penyidik KPK untuk mendapatkan gambaran akurat mengingat sebelumnya mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, tidak melihat ada krisis.Mengenai kondisi krisis pada Oktober-November 2008, menurut Boediono, hal itu cukup mengancam perekonomian Indonesia. Kegagalan suatu institusi keuangan, sekecil apa pun, bisa menimbulkan dampak domino atau krisis sistemik. Saat itu Indonesia tidak menerapkan blanket guarantee yang menjamin semua deposito simpanan di bank sehingga langkah penyelamatan Bank Century menjadi satu-satunya cara agar tidak terjadi krisis sistemik.
Boediono meyakini, langkah penyelamatan atau pengambilalihan Bank Century itu merupakan langkah yang tepat. Hal itu terbukti dengan situasi krisis yang dapat dilewati pada 2009 dan perekonomian Indonesia terus tumbuh. Bahkan, pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi menempati peringkat kedua dunia, di bawah China.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.