Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KY: MK Runtuhkan Kewibawaannya Sendiri

Kompas.com - 16/11/2013, 12:09 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Komisioner Komisi Yudisial, Taufiqurrahman Syahuri, menilai bahwa penyebab runtuhnya kewibawaan Mahmakah Konstitusi (MK) berasal dari internal MK itu sendiri. Ada oknum hakim konstitusi yang perilakunya menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap MK.

“Penurunan kepercayaan itu dari internal, kemudian Arsyad Sanusi yang undurkan diri, kewibawaan MK runtuh itu dari internal,” kata Komisioner KY Taufiqurrahman Syahuri di Jakarta, Sabtu (16/11/2013).

Kepercayaan masyarakat kepada MK, menurutnya, semakin menipis ketika KPK menangkap mantan Ketua MK Akil Mochtar. Apalagi, sebelum penangkapan Akil, sudah ada isu tak sedap yang disampaikan pengamat hukum tata negara Refly Harun mengenai praktik suap-menyuap terkait pilkada yang bergulir di MK.

“Di era Akil, isu-isu itu mulai mencuat saat Pak Refly keluarkan pernyataan itu, itulah yang membuat kepercayaan orang (ke) MK menurun, bagai api dalam sekam, terciumlah,” sambungnya.

Taufiq lantas menilai bahwa kericuhan yang terjadi saat pengucapan putusan perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) kepala daerah dan wakil kepala daerah Provinsi Maluku tahun 2013 pada Kamis (14/11/2013) merupakan wujud menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap MK. Menurut dia, baru kali ini terjadi kericuhan sejak MK berdiri sekitar 2003.

“2003 MK berdiri, 2004 ada pemilihan umum, tapi tidak ada masalah,” katanya.

Peneliti Senior Indonesia Public Institute Karyono Wibowo menilai bahwa kewibawaan MK mulai runtuh ketika lembaga itu menangani sengketa pemilihan kepala daerah. Dia mengatakan, banyak godaan yang muncul jika MK menangani sengketa pilkada karena perputaran uang di pilkada cukup kencang.

“Saya melihat runtuhnya kewibawaan MK ketika MK menangani sengketa pilkada, pada zamannya Pak Jimly, belum muncul kasus-kasus pilkada di MK. Ketika tangani sengketa pilkada memang ada godaan, pertukaran uang di pilkada itu besar sekali, termasuk di MK,” kata Karyono dalam diskusi yang sama.

Karyono juga menanggapi kericuhan di Gedung MK yang terjadi saat pengucapan putusan perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) kepala daerah dan wakil kepala daerah Provinsi Maluku tahun 2013 pada Kamis (14/11/2013).

Menurut dia, kericuhan ini merupakan bentuk dari akumulasi kekecewaan publik terhadap MK, terutama setelah mantan Ketua MK Akil Mochtar ditangkap KPK. “Pascatertangkapnya Akil jadi akumulasi, ini akhirnya timbulkan konflik sosial seperti yang terjadi dua hari lalu di MK. Ini juga menimbulkan konflik hukum,” ujarnya.

Oleh karena itulah, menurut Karyono, diperlukan pengawasan eksternal terhadap MK untuk mencegah gerakan anarkistis kembali terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com