Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai "Predator" Anak di Indonesia

Kompas.com - 07/11/2013, 12:37 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kondisi eksploitasi pada anak-anak masih terus terjadi di Indonesia, bahkan di dunia. Eksploitasi tak hanya ditujukan untuk mempekerjakan dan memberi upah murah, tetapi lebih jauh menjadi urusan atau bisnis seks.

Country Manager Terre des Hommes untuk Indonesia, Sudaryanto, mengatakan, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan pihaknya, dalam dua bulan sedikitnya ada tiga orang dengan domisili di Indonesia yang ikut mengeksploitasi anak dengan praktik pariwisata seks anak melalui webcam atau webcam child sex tourism (WCST). Menurutnya, kejahatan ini harus menjadi perhatian karena jumlahnya sangat berpotensi untuk terus meningkat.

"Tidak tahu orang Indonesia atau bukan, tapi posisi para 'predator' anak ini ada di Indonesia dan sangat berpotensi kejahatan ini terus meningkat," kata Sudaryanto, di Kantor Terre des Hommes, Jakarta, Kamis (7/11/2013).

Sudaryanto melanjutkan, kekhawatirannya terhadap pergerakan para "predator" anak ini dilandasi karena dalam catatannya, Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan tingkat kekerasan seksual terhadap anak-anak. Pada 2005, Indonesia ada di peringkat ke-7, pada 2007 di peringkat ke-5, dan menjadi peringkat ke-3 di 2009.

Ia juga mengatakan, sepertiga pekerja seks di Indonesia adalah anak-anak. Selain itu, pengguna internet di Indonesia sejak tahun 1998 naik 1.000 persen. Dari 500.000 pengguna internet di 1998, menjadi 55,2 juta pengguna internet di 2012.

Mengutip data kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala, Sudaryanto mengatakan bahwa pada 2008 ada 4.000 anak Indonesia yang mengakses materi pornografi di internet dan meningkat menjadi 16.000 pada 2011.

"Ini terjadi karena lemahnya pengawasan orangtua atau keluarga, dan faktor kemiskinan. Maka dari itu, harus ditingkatkan pencegahan, perlindungan, serta rehabilitasi untuk anak-anak yang menjadi korban," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Regional Program Advisor Terre des Hommes Netherlands-Asia Tenggara, Hanneke Oudkerk, menyampaikan bahwa pihaknya melakukan penelitian dan investigasi untuk melacak pariwisata seks anak melalui webcam. Dalam dua bulan, Terre des Hommes berhasil mengidentifikasi lebih dari 1.000 "predator" wisatawan seks anak lebih dari 65 negara. Tiga di antaranya berasal dari Indonesia.

Penelitian dan investigasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan novel approach atau sebuah metode yang menggunakan animasi tiga dimensi (3D). Terre des Hommes menciptakan tokoh animasi yang sangat menyerupai anak Filipina dengan nama "Sweetie".

Sosok virtual anak perempuan ini (Sweetie) kemudian digunakan sebagai figur untuk menginvestigasi tindakan kekerasan seksual pada anak oleh para "wisatawan" seks anak melalui webcam. Hanneke menuturkan, para "predator" ini dengan jelas mengekspresikan ketertarikan secara seksual meski "Sweetie" mempertegas usianya masih 10 tahun.

"Kami tidak memiliki angka pasti berapa jumlah 'predator' ini di seluruh dunia. Namun, kami punya data 750.000 'predator' diperkirakan online setiap saat," ujarnya.

Hanneke mengatakan, para korban kebanyakan berasal dari Asia Tenggara, terutama di Filipina dan Indonesia. Metode penelitian dan investigasi ini diklaim tidak melanggar aturan hukum. Metode penelitian ini juga belum pernah dilakukan oleh organisasi atau lembaga atau instansi pemerintah di negara mana pun yang peduli terhadap kejahatan seksual anak melalui webcam.

Hasil penelitian ini sudah diserahterimakan kepada pihak Interpol pada 4 November 2013 lalu untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Di hari yang sama, diluncurkan juga petisi online (http://avaaz.org/en/wcst/) untuk mendorong pemerintah mengadopsi kebijakan proaktif guna melindungi anak-anak korban kejahatan ini.

"Sampai saat ini baru enam 'predator' yang dipidana. Kami mengimbau pemerintah dan polisi melakukan investigasi proaktif, jangan menunggu laporan, karena biasanya korban malu untuk melapor," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com