Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Ingin Jakarta Jadi Barometer

Kompas.com - 30/10/2013, 18:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto mengapresiasi positif langkah Pemprov DKI Jakarta dalam memproteksi anggaran dari potensi tindak korupsi. KPK ingin menjadikan DKI Jakarta sebagai barometer pengelolaan anggaran serta pelayanan publik yang positif.

"Kami ingin menjadikan Jakarta sebagai centre of excellence, sebagai barometer pelayanan publik yang bagus, sebagai rule model bagi tiap provinsi yang lain," ujar Bambang di Balaikota, Jakarta Pusat, pada Rabu (30/10/2013) siang.

Seperti diketahui, sejumlah instansi, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jakarta, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hingga Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), mengungkapkan temuan potensi kerugian negara di tubuh Pemprov DKI Jakarta.

BPK, misalnya, menemukan 14 temuan dengan 32 rekomendasi dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) pengelolaan keuangan negara BUMD milik Pemprov DKI PD Dharma Jaya. Dari 14 temuan tersebut, ada indikasi kerugian negara senilai Rp 4,9 miliar. Pemeriksaan tersebut dilakukan dalam tahun buku 2010/2011.

Beberapa waktu lalu, PPATK juga mengatakan ada pejabat di empat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang memiliki rekening gendut berdasarkan penelusuran aliran dana mencurigakan.

Terkini, BPKB menemukan anggaran siluman pada empat SKPD DKI dengan nilai Rp 1,471 triliun. Temuan itu berdasarkan hasil audit APBD DKI 2012. Anggaran yang telah dicoret dalam penyusunan ternyata muncul lagi di tahap pembahasan.

Keempat SKPD itu adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, dan Dinas Kesehatan DKI. Bambang menjelaskan, atas seluruh temuan itu, Pemprov DKI melaksanakan upaya bersih-bersih. Beberapa program yang dilakukan antara lain penayangan APBD di kelurahan dan kecamatan, penerapan online pajak, e-budgeting, e-catalog, serta Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di kelurahan hingga wali kota.

"Korupsi itu bukan soal nangkapin orang terus selesai, tapi bagaimana membangun sistem yang mencegah korupsi itu terjadi," ujar Bambang.

Ada tiga poin penting terkait sistem proteksi anggaran tersebut. Pertama, penangkapan pelaku korupsi tidak menyelesaikan masalah dan harus diimbangi dengan penguatan sistem. Kedua, tak hanya sistem, pemerintah juga harus menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dan yang ketiga, sistem itu harus dilaksanakan secara komprehensif dan bersama-sama.

Bambang berharap tiga poin penting tersebut dijalankan secara bertahap oleh Jakarta. Dengan demikian, birokrasi yang bersih segera terwujud. "Ini sudah masuk tahun kedua, kita harap akan berlanjut ke tahun selanjutnya," ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com