Rapat pemilihan dan penetapan berlangsung lancar dan damai sesuai harapan Wakil Ketua DPR Pramono Anung. ”Dasinya sudah berwarna kuning. Semoga pertanda baik,” canda Pramono sebelum membuka rapat. Minggu lalu, Ruhut Sitompul ditolak menjadi Ketua Komisi III.
Dasi tweety milik Pieter memang menarik perhatian. Beberapa anggota Dewan menyentuh dasi Pieter sambil senyum-senyum. Pewarta foto tertarik mengabadikannya. Perempuan jurnalis mengerumuni Pieter menanyakan dasinya. Kata Pieter, dasi itu pemberian putrinya. Soal warna, Pieter tidak fanatik warna tertentu. Dia suka warna kuning, biru, dan lain-lain.
Tentu saja, tidak ada yang salah dengan dasi itu. Beberapa tokoh dan pejabat negara juga punya ciri khas masing-masing dalam berpakaian.
Dalam sekapur sirih di buku itu, politisi senior Harry Tjan Silalahi bersaksi, ”(IJ Kasimo) meski dalam keseharian dan dalam acara resmi selalu berpenampilan dengan gaya Jawa, dia tidak Jawa minded. Ia selalu berbahasa Indonesia dengan bersih, tanpa campur-campur bahasa Jawa.”
Kisah lain tentang pakaian datang dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang kerap tampil bersahaja dengan baju putihnya. Kain yang dijahit menjadi pakaiannya, kata Jokowi, dibeli istrinya dari Pasar Klewer, Solo. Harga kain dan ongkos jahitnya tidak lebih dari Rp 80.000. ”Murah toh?” ujar Jokowi, dengan tawa khasnya ketika ditanya wartawan.
Sebuah pepatah Latin menyatakan, non vestimentum virum ornat, sed vir vestimentum, bukan pakaian yang membuat seseorang itu memiliki keutamaan, melainkan watak orang yang membuatnya pantas. Pepatah itu kerap memungkasi diskusi fashion, soal busana. Apalagi, pendapat konservatif memandang pakaian sebagai kulit sosial dan kebudayaan. Pakaian juga dinilai sebagai ekspresi dari identitas seseorang. Namun juga ada perkara pantas atau tidak terkait sehelai pakaian yang melekat di tubuh seseorang.
Baju batik yang dipakai Pramono saat memimpin rapat hari itu, jujur saja lebih terasa pantas. Saat itu, Pramono memakai baju batik merah, warna PDI-P. Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan dasi Pieter. Bukan pelanggaran apalagi kejahatan, tetapi bagaimana dengan kepantasan? Terlebih kini, Pieter Zulkifli memimpin Komisi III DPR, komisi bergengsi dengan tugas berat memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap hukum. (HARYO DAMARDONO)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.