JAKARTA, KOMPAS.com — Sudah sepekan mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal (Purn) Susno Duadji tak diketahui keberadaannya. Kejaksaan belum berhasil menemukan Susno untuk melakukan upaya eksekusi. Namun, Wakil Jaksa Agung Darmono yakin Susno akan lelah bersembunyi.
"Saya yakin, insya Allah, dalam waktu dekat, segeralah. Saya juga berharap Pak Susno segera menyerahkan diri. Saya yakin dia tidak tahan lama juga, nanti akan capek juga," kata Darmono di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Kamis (2/5/2013).
Darmono mengatakan, pihaknya tak goyah untuk tetap mengeksekusi Susno meski adanya perdebatan hukum. Penegak hukum lain yakni kepolisian juga telah berkomitmen membantu kejaksaan. "Kita serius, bagaimana tidak serius. Kan keputusan pengadilan kita jalankan dan kita sudah pada tahap yang mempunyai suatu tugas. Kemudian kepolisian juga sudah resmi kita mintai bantuan dan sudah sanggup memberikan bantuan maksimal," terangnya.
Susno muncul di Youtube
Setelah gagalnya proses eksekusi, keberadaan Susno misterius. Ia diburu kejaksaan dan kepolisian. Kejaksaan Agung telah menetapkan statusnya sebagai buron. Namun, pada Senin (29/4/2013) sore, muncul video Susno di Youtube. Video tersebut diunggah oleh akun Yohana Celia sekitar pukul 16.00.
Susno tampak mengenakan batik dengan motif berwarna hitam dan putih. Ia bicara di sebuah tempat dengan latar belakang putih. Dalam video berdurasi 15 menit 34 detik itu, Susno mengatakan, ia berada di daerah pemilihannya di dapil 1 Jawa Barat. Susno merupakan bakal calon anggota legislatif Partai Bulan Bintang.
Kasus hukum Susno
Proses eksekusi tersebut merupakan tindak lanjut setelah kasasi Susno ditolak Mahkamah Agung. Dengan putusan ini, Susno tetap dibui sesuai vonis Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yaitu tiga tahun enam bulan. Hakim menilai Susno terbukti bersalah dalam kasus korupsi PT Salmah Arowana Lestari dan korupsi dana pengamanan Pilkada Jawa Barat. Susno menyatakan, dirinya tidak dapat dieksekusi dengan berbagai alasan.
Pertama, dia menyatakan putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak kasasinya tidak mencantumkan perintah penahanan tiga tahun enam bulan penjara. Putusan MA hanya tertulis menolak permohonan kasasi dan membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp 2.500.
Alasan kedua, Susno menilai bahwa putusan Pengadilan Tinggi Jakarta cacat hukum karena salah dalam menuliskan nomor putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dengan sederet argumen itu, Susno menganggap kasusnya telah selesai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.