Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Todung: Pembelokan Kasus Cebongan Menyesatkan

Kompas.com - 23/04/2013, 12:48 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Aktivis hak asasi manusia (HAM) Todung Mulya Lubis menilai telah terjadi pengalihan isu terkait kasus pembunuhan empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta. Isu pelanggaran HAM, kata Todung, dialihkan menjadi wacana pemberantasan premanisme.

Todung mengatakan, pengalihan itu terlihat dari berbagai spanduk bernada pembenaran terhadap pembunuhan empat tahanan yang diduga dilakukan 11 anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Salah satu contoh, spanduk bertuliskan "Sejuta Preman Mati, Rakyat Yogya Tidak Rugi".

"Ini pengalihan isu yang menyesatkan, seolah kita membenarkan tindakan melawan hukum yang dilakukan pasukan Kopassus," kata Todung, saat diskusi Revitalisasi Sistem Keamanan di Lapas dan Rutan, di Jakarta, Selasa (23/4/2013).

Menurut Todung, semua pihak harus membantu pemberantasan premanisme, bukan memberantas preman. Pemberantasan premanisme itu, kata dia, harus dengan mengatasi pangkal penyebabnya seperti kesenjangan sosial, rendahnya pendidikan, lemahnya penegakan hukum.

"Penyelesaiannya bukan dengan menumpas preman dengan cara-cara tidak manusiawi. Kasus Petrus dulu kan menghabisi preman, tapi ternyata tidak habis," kata Todung.

Todung mengaku terkejut dengan penyataan Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jendral TNI Agus Sutomo bahwa bersedia menggantikan hukuman 11 anak buahnya itu. Hal itu, menurut Todung, menunjukkan adanya jiwa korsa yang tidak sangat sehat di TNI.

Pasalnya, tambah Todung, tindakan 11 anggota Kopassus itu tanpa perintah atasan atau institusi sehingga Danjen Kopassus tak perlu sampai melakukan hal itu. "Tidak ada alasan membenarkan pembunuhan. Boleh ada jiwa Korsa, tapi bukan berarti perbuatan pidana dilegalisasi," ucapnya.

"Kalau peristiwa seperti Cebongan dibiarkan, hal serupa bisa terjadi lagi tidak hanya di lapas. Kalau di lapas saja bisa terjadi, apalagi di tempat-tempat yang tidak terjaga petugas. Rasa aman masyarakat menjadi terusik," pungkas Todung.

Seperti diberitakan, pihak TNI AD masih memproses 11 anggota Kopassus yang diduga terlibat peristiwa di Lapas Cebongan. Pembunuhan itu disebut berlatar belakang jiwa korsa yang kuat terkait pembunuhan Serka Santoso di Hugo's Cafe.

Empat orang yang disangka membunuh Santoso adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Mereka ditembak mati sebelum dinyatakan bersalah atau tidak oleh pengadilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

    Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

    Nasional
    Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

    Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

    Nasional
    Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

    Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

    Nasional
    Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

    Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

    Nasional
    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Nasional
    Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

    Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

    Nasional
    Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

    Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

    Nasional
    Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

    Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

    Nasional
    Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

    Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

    Nasional
    Tak Setuju Istilah 'Presidential Club', Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

    Tak Setuju Istilah "Presidential Club", Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

    Nasional
    1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

    1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

    Nasional
    Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

    Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

    Nasional
    Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

    Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

    Nasional
    Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

    Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

    Nasional
    PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

    PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com