Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR 2012, Legislasi yang Tak Capai Target hingga "Hobi" Bolos

Kompas.com - 26/12/2012, 11:33 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak banyak berubah. Begitulah kondisi kinerja Dewan Perwakilan Rakyat terkait fungsi legislasi selama tahun 2012. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pencapaian produk undang-undang tetap masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hingga penutupan masa sidang 2012, hanya 30 UU yang disahkan dari 69 UU yang masuk Prolegnas 2012. Itu pun sebanyak 20 UU di antaranya adalah UU kumulatif terbuka, seperti UU yang mengatur APBN, UU pengesahan perjanjian internasional, dan UU pemekaran wilayah.

Pada 2010, DPR hanya menyelesaikan delapan RUU prioritas dari 70 RUU yang masuk Prolegnas. Berikutnya, tahun 2011, dari target 70 RUU prioritas, hanya 18 RUU yang diselesaikan.

Direktur Monitoring Advokasi dan Jaringan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) Ronald Rofiandri menilai pemerintah dan DPR masih terjebak dalam situasi yang menyebabkan mereka secara rutin gagal mencapai target prioritas tahunan. Pasalnya, Prolegnas yang disusun tidak mampu mengestimasi kapasitas dan beban kerja kedua belah pihak.
PSHK melihat ada masalah dalam desain Prolegnas yang selama ini disusun sehingga pembahasan UU menjadi berlarut-larut. Perencanaan tidak diawali dan dilengkapi dengan persiapan waktu serta bahan yang memadai.

Ronald memberi contoh rapat pleno Badan Legislasi DPR pada 4 Desember 2012. Ketika itu, fraksi-fraksi meminta penundaan pembahasan RUU Pilpres.

"Posisi fraksi-fraksi seperti ini seharusnya sudah bisa tegas disampaikan sebelum Prolegnas lima tahun atau prioritas tahunan ditetapkan," katanya.

Selain kualitas perencanaan, PSHK juga melihat lemahnya koordinasi antara DPR dan pemerintah sehingga menganggu pembahasan RUU di tingkat I. Ronald memberi contoh pembahasan RUU Pendidikan Kedokteran yang berlarut-larut. Hal itu, kata Ronald, terjadi karena hal teknis.

"Awalnya, RUU Pendidikan Kedokteran dibahas oleh Komisi X. Setelah sekian lama dibahas, Komisi IX ingin turut terlibat. Di sisi pemerintah, kelambanan terjadi karena Presiden belum mendapat laporan yang memadai dari wakil pemerintah yang ditugaskan membahas RUU itu," kata dia.

Pencapaian kinerja legislasi itu berbanding terbalik dengan anggaran yang disediakan. Berdasarkan data Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), DPR mengalokasikan dana sebesar Rp 466 miliar untuk penyusunan dan pembahasan RUU pada tahun 2012. DPR selalu berdalih anggaran itu tidak akan terpakai seluruhnya.

"Dengan tidak terpakainya alokasi anggaran, DPR memperlihatkan kepada publik tidak memperhatikan aspek perencanaan anggaran. Seharusnya, DPR tidak melakukan kemubaziran alokasi anggaran. Alokasi anggaran yang tidak perlu seharusnya ditempatkan untuk anggaran kesejahteraan rakyat miskin," kata Uchok Sky Khadafi Koordinator Advokasi dan Investigasi Sekretariat Nasional Fitra.

Menanggapi rendahnya kinerja legislasi, Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, publik jangan melihat kinerja DPR dari segi kuantitas, tetapi kualitas UU yang telah dihasilkan. Menurut Marzuki, DPR telah merampungkan sejumlah UU yang menyangkut kepentingan rakyat, seperti UU Bantuan Hukum, UU Fakir Miskin, dan UU Zakat.

"Nanti yang paling luar biasa UU tentang Perlindungan Pemberdayaan Petani. Saya juga targetkan UU tentang Desa. Kalau itu diselesaikan, sasaran kami bahwa seluruh desa di Indonesia akan jadi desa sejahtera. Jadi, jangan lihat dalam konteks jumlah, tetapi dalam konteks kepentingan rakyat. Apakah UU yang dihasilkan menyentuh kepentingan rakyat atau  tidak," kata Marzuki.

Ketidakdisiplinan

Salah satu faktor rendahnya legislasi itu akibat rendahnya kedisiplinan anggota dalam menghadiri rapat. Bangku-bangku kosong di alat kelengkapan hingga paripurna ketika rapat jamak terlihat. Semakin banyaknya anggota pemalas, DPR sampai memasang sistem presensi dengan finger print di ruang rapat paripurna. Sebelum finger print terpasang, oknum anggota dewan kerap curang akibat sistem presensi manual.

Mereka hanya menandatangani presensi manual lalu meninggalkan ruang rapat. Anggota yang terlalu malas memilih meminta staf ahli atau asisten pribadinya untuk menandatangani presensi. Akhirnya, data presensi yang dipajang di depan ruang Badan Kehormatan DPR tidak menggambarkan kondisi sebenarnya.

Finger print yang dipasang pada awal Oktober 2012 pun belum efektif. Rapat paripurna masih memakai data presensi manual untuk melihat tingkat kehadiran. Begitu pula dengan daftar kehadiran yang diumumkan di depan ruang BK.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com