Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FITRA: Gaji PNS Belum Layak Naik

Kompas.com - 23/08/2012, 21:11 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Serikat Nasional Forum Indonesia untuk Trasparansi Anggaran (Seknas FITRA) merilis PNS atau pegawai sipil tidak layak menerima kenaikan gaji. Pada 2011 saja, Kementerian/Lembaga hanya mampu menyerap Rp 56,21 triliun atau 26,2 persen pada semester pertama dari alokasi belanja di dalam APBN Perubahan.

Padahal, alokasi anggaran Kementerian/Lembaga setiap tahun selalu meningkat, tapi peningkatan penyerapan anggaran Kementerian/Lembaga pada semester pertama tidak signifikan, bahkan cenderung jalan di tempat.

"Pemerintah menganggarkan belanja pegawai Rp 241,1 triliun untuk 4,7 juta pegawai, sementara anggaran kemiskinan untuk 31 juta penduduk miskin hanya sebesar Rp 75,3 triliun. Dan ini berarti 3 kali lebih rendah dari belanja pegawai," ujar koordinator advokasi dan investigasi FITRA Ucok Sky Khadafi di Jakarta, Kamis (23/8/2012).

Ucok menjelaskan, Rancangan Anggaran Penerimaan Belanja Negara (RAPBN) 2013 bukan anggaran yang ditujukan untuk rakyat miskin. Anggaran RAPBN lebih ditujukan untuk PNS. Pasalnya, pemerintah pusat selalu menaikan anggaran belanja PNS. Untuk tahun APBN 2013 saja ditawarkan sebesar 7 persen, dan juga memberikan pemberian gaji ke-13 untuk setiap bulannya.

Parahnya lagi, lanjut Ucok, anggaran belanja pegawai setiap tahun dari mulai tahun 2011 hingga 2013 mengalami kenaikan yang tidak ditunjang kinerja PNS melayani rakyat.  

Dia melanjutkan, pada akhir tahun biasanya terjadi pengeluaran anggaran besar-besaran. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengadaan barang dan jasa juga dianggap sebagai salah satu penyebab dari membengkaknya anggaran belanja yang diperuntukkan bagi PNS. Padahal, lanjutnya, kinerja dari PNS karena dimanjakan oleh anggaran negara terbukti mengecewakan.

"Karena pemerintah menganggarkan gaji yang besar bagi PNS maka akibatnya banyak PNS yang malas. Selain itu, karena anggaran yang porsinya besar buat proyek tertentu, perencanaan mereka (PNS) selalu gagal lantaran setiap tahun selalu berulang-ulang dan monoton," tambahnya.

Ia menambahkan, kenaikan gaji dan membuka lagi rekrutmen PNS untuk tahun ini akan berimplikasi semakin beratnya beban anggaran yang bersifat rutin. Ruang fiskal anggaran, terangnya, untuk pembangunan semakin terbatas. Pemerintah, dinilainya, harus segera menghentikan penerimaan PNS.

"Kalau Pemerintah serius mengkaji reformasi birokrasi, maka arah birokrasi akan ditujukan untuk lebih efisien dan kaya struktur," pungkasnya.

Ucok menuding, pemberian gaji ke-13, dan kenaikan gaji 7 persen untuk tahun ini tidak berdampak signifikan untuk rakyat. Sektor pelayanan publik, disebutnya, masih sangat jauh dari harapan. Pegawai pemerintah sampai sekarang hanya mau dilayani oleh publik, dan korupsi masih merejalela. Terlebih lagi, lanjutnya, tidak ada kesadaran bagi pegawai negeri sipil bahwa korupsi itu sangat menghancurkan bangsa dan negara ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com