Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhaimin Tahu Pembagian "Commitment Fee"

Kompas.com - 06/02/2012, 20:39 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, mengetahui pembagian jatah commitment fee terkait program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) di Kemennakertrans. Hal itu terungkap dalam rekaman pembicaraan antara Sindu Malik (pensiunan Kementerian Keuangan) dan Dhani Nawawi (mantan staf khusus Presiden Abdurrahman Wahid) yang diputar dalam sidang I Nyoman Suisnaya, terdakwa kasus dugaan suap PPID Transmigrasi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (6/2/2012).

"Saya kemarin sore melapor kepada Muhaimin, kita dapatnya cuma sekian, hal-hal lain saya sampaikan juga," kata Dhani seperti yang terdengar dalam rekaman pembicaraan.

Isi rekaman tersebut dibenarkan Sindu Malik yang diperiksa sebagai saksi Nyoman. Dalam rekaman pembicaraan itu, Dhani juga meyakinkan Sindu kalau pengusaha Dharnawati pasti memenuhi janjinya untuk membayar commitment fee.

Dhani yang memiliki kedekatan pribadi dengan Dharnawati itu juga meminta Sindu agar tenang dan tidak melakukan manuver ke daerah. "Mohon untuk sementara Pak Malik tenang supaya tidak menimbulkan masalah baru, ada beberapa bupati yang kenal bapak sejak lama mulai dia sebelum bupati. Saya mohon betul untuk tidak melakukan manuver ke daerah," katanya.

Dugaan keterlibatan Muhaimin ini juga terungkap dalam rekaman pembicaraan antara Sindu Malik dan Fauzi, staf pribadi Muhaimin. Dalam rekaman itu, Fauzi mengatakan kepada Sindu bahwa dirinya melapor kepada Muhaimin, mencari solusi menghadapi konflik antara Sindu, Iskandar Pasojo (Acos), dan Ali Mudhori, yang terjadi jelang penyerahan fee dari Dharnawati.

Setelah melapor, Fauzi mengaku diminta obyektif dengan tidak membela salah satu di antara Sindu, Acos, dan Ali. "Gini lho Pak (Sindu) Malik, saya nerima ajuan Pak Malik, saya nerima ajuan Pak Acos, saya cari jalan tengah, saya lapor menteri. Menteri cerita begini, karena kontaknya saya, kalau saya bela salah satu, saya gak obyektif," ujar Fauzi seperti yang terdengar dalam rekaman.

Nama Muhaimin disebut-sebut dalam pusaran kasus dugaan suap PPID yang melibatkan Dharnawati dan dua pejabat Kemennakertrans, yaitu I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan ini. Dharnawati divonis 2,5 tahun penjara karena dianggap terbukti memberikan commitment fee Rp 1,5 miliar kepada dua pejabat Kemennakertrans tersebut.

Pemberian commitment fee itu merupakan syarat bagi Dharnawati mendapatkan proyek PPID Transmigrasi di empat kabupaten di Papua senilai Rp 73 miliar. Namun, Dharnawati mengatakan bahwa uang Rp 1,5 miliar itu bukan commitment fee melainkan pinjaman untuk menteri Muhaimin membayar tunjangan hari raya pegawai Kemennakertrans.

Adapun Sindu Malik, Acos, Ali Mudhori, dan Fauzi, termasuk tokoh sentral dalam persidangan kasus ini. Sejumlah saksi di persidangan mengungkapkan bahwa keempat orang itu terlibat dalam serah terima fee. Dharnawati mengatakan, Sindu Malik yang mengusulkan adanya fee 10 persen dari nilai proyek Rp 73 miliar yang dijanjikan kepada Dharnawati.

Terungkap pula, fee ini tidak hanya dibayarkan oleh Dharnawati. Sejumlah perusahaan lain disebut telah membayarkan fee kepada Sindu dan kawan-kawan untuk dapat menjadi rekanan Kemennakertrans dalam mengerjakan program PPID kementerian tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com