Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud MD Siap Diperiksa

Kompas.com - 11/07/2011, 22:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengaku siap diperiksa terkait kasus pemalsuan surat Mahkamah Konstitusi (MK). Hal ini disampaikan Mahfud guna membuktikan bahwa tak ada pejabat tinggi MK yang terlibat dalam kasus pemalsuan surat tersebut. 

"Kalau memang ada indikasi saya harus diperiksa, saya akan datang sendiri. Tidak usah disuruh-suruh. Tidak usah menunggu izin Presiden," kata Mahfud kepada para wartawan di Istana Negara, Jakarta, Senin (11/7/2011). 

Mahfud mengatakan, tak ada panitera di MK yang terlibat dalam kasus yang melibatkan mantan anggota Komisi Pemilihan Umum, Andi Nurpati, yang kini menjadi fungsionaris Partai Demokrat. Mahfud mengatakan, oknum MK yang terlibat dalam kasus pemalsuan tersebut merupakan pegawai kecil, yaitu pengantar surat. 

Saat ini Badan Reserse Kriminal Mabes Polri telah menetapkan mantan juru panggil MK, Masyuri Hasan, sebagai tersangka dalam kasus pemalsuan surat MK. Seperti diberitakan, menurut mantan hakim MK periode 2008-2010, Arsyad Sanusi, rumahnya pernah dipakai untuk mengonsep surat dari MK itu. Namun, Arsyad tak bisa memastikan apakah surat jawaban dari MK kepada KPU yang dikonsep di rumahnya itu asli atau palsu. 

Menurut Arsyad, saat itu rumahnya kedatangan tamu juru panggil MK, Masyhuri, bersama Rara, pegawai MK yang masih berhubungan saudara dengan istrinya. Masyhuri menjelaskan, ada surat dari KPU yang harus dijawab, yaitu surat terkait pertanyaan atas putusan perkara Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 yang dimohon Partai Hanura di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan I, yang meliputi Gowa, Takalar, dan Jeneponto. 

Putusan itu terkait calon anggota legislatif, Dewi Yasin Limpo. Namun, Arsyad membantah terjadi penyerahan surat kepada Dewi Yasin Limpo di rumahnya. Saat ditanya apakah Dewi ada di kediamannya saat Masyhuri mengonsep surat itu, ia menjawab, "Saya lupa-lupa ingat, ada atau tidak." (Kompas, 18/6/2011) Arsyad Sanusi dan putrinya, Neshawati, juga telah diperiksa polisi. 

Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, kasus dugaan pemalsuan surat MK dan kasus-kasus lain menjadi ujian dan tantangan bagi Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri yang baru, Inspektur Jenderal Sutarman. Penanganan dan penyelesaian kasus-kasus tersebut dapat menunjukkan kepolisian profesional, independen, dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com