Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi-lagi Nunun Dipertanyakan

Kompas.com - 21/04/2011, 09:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah terdakwa kasus suap cek perjalanan (traveller cheque) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dimenangkan Miranda S Goeltom kembali mempertanyakan Nunun Nurbaeti dalam nota keberatan mereka yang dibacakan dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (20/4/2011) malam.

Nunun, istri mantan Wakil Kepala Polri Adang Daradjatun, dinilai sebagai saksi kunci dalam kasus yang menjerat 26 politisi DPR periode1999-2004. Berdasarkan kesaksian di persidangan terungkap, cek perjalanan diberikan oleh Arie Malangjudo yang mengaku mendapat perintah dari pengusaha Nunun. Hingga hari ini Nunun tidak pernah memenuhi panggilan pemeriksaan dengan alasan sakit lupa berat.

Kuasa hukum terdakwa Matheos Pormes dan Soetanto Pranoto, yakni Sylvestor Nong, menyebut Nunun sebagai tokoh fiktif yang tidak pernah dihadirkan KPK. "Apa ada yang pernah berfoto dengan Nunun? Jangan-jangan Nunun adalah tokoh fiktif. Terdakwa layak diadili jika Nunun dihadirkan dalam persidangan," katanya. 

Demikian pula dengan kuasa hukum terdakwa lainnya, yakni Petrus Celestinus, yang membacakan eksepsi (nota keberatan) atas nama M Iqbal, politisi PDI-P. Menurut Petrus, persidangan terhadap terdakwa menjungkirbalikkan logika karena hingga kini si pemberi suap belum terungkap. 

"KPK hanya mau memeriksa, menjadikan tersangka, kemudian menjadikan terdakwa, sementara pimpinan partai dan pimpinan PDI-P sebagai pihak yang bertanggung jawab sama sekali tidak disentuh. Bahkan pemiliki TC (traveller cheque) yang dari awal disebut-sebut namanya, Nunun Nurbaeti hingga saat ini tidak diperiksa," ujarnya. 

Posisi Nunun, lanjut Petrus, sangat strategis tetapi juga misterius. "Sehingga memunculkan sejumlah spekulasi yang menyatakan bahwa TC yang beredar di DPR tidak ada hubungannya dengan Miranda Goeltom (pemenang Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004), tetapi lebih pada kepentingan Nunun untuk menjadikan suaminya sebagai Kapolri," tuturnya. 

Politisi PDI-P lainnya, Engelina Pattiasina, mengungkapkan hal senada. Dalam eksepsi yang dibacakannya sendiri, Engelina menuding KPK sengaja menyembunyikan Nunun. "Nunun terkesan kuat diupayakan penuntut umum untuk tidak hadir di pengadilan karena ketika Nunun hadir, maka semua rekayasa, manipulasi, bisa terbuka," katanya. 

Terdakwa lainnya, Ni Luh Mariani, membuat eksepsinya dengan judul "Dilema Penegakan Hukum Terkait Nunun Nurbaeti yang Membisu alias Nunun yang Hilang dan Sudah Lenyap". Ni Luh mempertanyakan keberadaan dan pertanggungjawaban Nunun. Menurut dia, Nunun tidak memiliki hati nurani sehingga lepas tanggung jawab dan menghilang. 

"Nunun di tempat aman menertawai penegak hukum yang dianggap tidak punya gigi," tuturnya. "Alangkah ironisnya jika Nunun masih hidup tetapi tidak tahu di mana, atau tahu tempatnya tetapi berpura-pura tidak tahu. Atau tahu tempatnya tetapi tidak bisa diganggu karena dijaga harimau perkasa yang tidak bisa dianggap remeh," ucapnya. 

Sebagian besar terdakwa merasa dikambinghitamkan dalam kasus dugaan suap cek perjalanan ini. Pasalnya, hingga kini si pemberi suap belum terungkap. KPK di setiap kesempatan menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya menghadirkan Nunun.

 

 

Baca juga Jihad Individual, Ideologi Baru Teroris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

    Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

    Nasional
    Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

    Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

    Nasional
    Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

    Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

    Nasional
    Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

    Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

    Nasional
    PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

    PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

    Nasional
    Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

    Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

    Nasional
    Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

    Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

    Nasional
    Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

    Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

    Nasional
    Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

    Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

    Nasional
    Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

    Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

    [POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

    Nasional
    Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

    Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

    Nasional
    Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

    Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

    Nasional
    Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

    Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

    Nasional
    Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

    Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com