Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NU: Korupsi Kejahatan Tak Termaafkan

Kompas.com - 21/08/2010, 06:58 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Masdar Farid Mas’udi, mengatakan korupsi merupakan perbuatan kejahatan luar biasa yang tak termaafkan.

"Dampak korupsi bagi sebuah negara luar biasa. Korupsi kejahatan besar yang mengancam kelangsungan sebuah negara," ujarnya ketika dihubungi, Sabtu. Peluncuran buku "Koruptor itu Kafir" yang dilakukan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Rabu sebagai jawaban atas kegelisah kedua ormas Islam terbesar di Indonesia dengan kian maraknya praktik korupsi di Tanah Air.

Buku tersebut diterbitkan Mizan dan merupakan kompilasi pemikiran ulama NU serta Muhammadiyah dalam mengampanyekan pemberantasan korupsi di Indonesia.

Masdar Farid Mas’udi menegaskan, peluncuran buku tersebut diharapkan menjadi terapi kejut agar masyarakat kian menjauhi perilaku korupsi dalam kehidupan sehari-hari.

"Korupsi merupakan pengingkaran terhadap ajaran kebenaran. Dalam Islam, perbuatan korupsi merupakan dosa besar," papar Masdar. Oleh karena itu, melalui peluncuran buku "Koruptor itu Kafir" PBNU berharap agar umat Islam dan bangsa Indonesia menabuh genderung perang terhadap para koruptor.

Masdar mengemukakan, pengelompokan para pelaku korupsi sebagai "kafir" atau orang yang tidak percaya kepada Allah SWT, karena apa yang dilakukannya di luar koridor keimanan.

"Tidak ada orang yang korupsi saat melakukan korupsi dalam keadaan beriman. Orang korupsi melakukan kejahatan maha besar karena tidak beriman dan menuhankan kebendaan," tegas Masdar.

Lebih lanjut Masdar mengungkapkan, penyematan istilah "kafir" bagi koruptor yaitu berupa kafir "amali" atau kafir perbuatan. "Perbuatan korupsi secara prasikis masuk kategori kafir, karena merupakan kejahatan luar biasa yang mengesampingkan keyakinan kepada Allah SWT," demikian tutur KH Masdar Farid Mas’udi.

Menurut Masdar, dana yang dikorupsi oleh seorang koruptor kalau digunakan untuk kepentingan negara atau pengentasan kemiskinanan, tentu dampaknya luar biasa. Jutaan orang akan terbantu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com