Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Lepas Dukungan, Anas Menang?

Kompas.com - 23/05/2010, 12:26 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Presiden RI tampaknya "melepas dukungan" pribadinya ke calon ketua umum DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng. Oleh sebab itu, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga yang dinilai paling besar mendapat promosi dan dukungan pendanaan serta dukungan sejumlah menteri dan putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, saat deklarasinya diperkirakan akan kalah telak dalam pemilihan suara dengan cara manual (menuliskan nomor calon).

"Ya, tampaknya Presiden sudah melepas 'dukungannya' dalam proses pemilihan ini sehingga kita tidak tahu lagi seperti apa dukungan kepada Pak Andi," ujar seorang sumber yang mendukung Andi Mallarangeng di luar arena Kongres Ke-2 Partai Demokrat di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (23/5/2010) siang.

Menurut sumber lain di lingkungan Istana, ketiga calon ketua umum pada Minggu pagi secara berurutan dipanggil SBY di Presiden Suite, Hotel Mason Pine, tempat diselenggarakannya kongres. Ketua DPR Marzuki Ali dipanggil pertama, Andi kedua, dan terakhir Ketua Fraksi DPR Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Tapi tidak ada arahan khusus dari SBY ke Pak Andi. Jadi, ya kami pasrah saja," tambah pendukung Andi itu.

Di sela-sela pemilihan, anggota DPR Komisi VII yang dikenal menjadi pendukung Anas Urbaningrum, Sutan Bhatoegana, membenarkan bahwa sejak Sabtu siang kemarin, SBY sudah menyerahkan proses pemilihan ketua umum Partai Demokrat benar-benar kepada peserta kongres. "Kelihatan sekali ketika muncul opsi B, yaitu untuk dilakukan pemilihan ketua umum dulu daripada opsi A pembahasan sidang-sidang komisi. Akhirnya, opsi B menang," ujar Sutan.

Semalam, Wakil Ketua DPP Partai Demokrat Achmad Mubarok kepada Kompas juga memprediksi bahwa kemenangan voting memilih opsi B sebanyak 375 suara mengalahkan opsi A yang hanya 130 suara sudah menunjukkan kekalahan Andi. "Karena yang mendukung opsi B adalah kubu Anas dan kubu Marzuki, sedangkan yang mempertahankan opsi A adalah kubu Andi. Ini akan mencerminkan pemilihan ketua umum Minggu besok (sekarang)," tandas Achmad Mubarok.

Selain itu, dari pemantauan Kompas, Andi sama sekali tidak mendapat dukungan dalam bentuk yel-yel saat memasuki ruang kongres. Mantan Juru Bicara Kepresidenan periode 2004-2009 itu diam-diam langsung duduk di baris ketiga di sisi kiri ruang sidang dan diapit oleh peserta kongres lainnya, seperti Sutan Bhatoegana. Wajah Andi juga terlihat muram dan kikuk. Senyum lebarnya yang biasa mengembang tak terlihat. Hal itu berbeda dengan kedatangan Marzuki dan Anas yang disambut dengan yel-yel dan teriakan serta para pendukungnya yang berdiri sambil mengepalkan tangan. Sutan yang ditanya mengenai kans Anas menjawab dengan tersenyum lebar, "Doain ya, Mas."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

    Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

    Nasional
    Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

    Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

    Nasional
    Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

    Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

    Nasional
    Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

    Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

    Nasional
    Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

    Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

    Nasional
    DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

    DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

    Nasional
    Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

    Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

    Nasional
    Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

    Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

    Nasional
    Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

    Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

    Nasional
    Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

    Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

    Nasional
    DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

    DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

    Nasional
    DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

    DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

    Nasional
    Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

    Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

    Nasional
    Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

    Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

    Nasional
    Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

    Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com