Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Persen Kiblat Masjid di Indonesia Bergeser

Kompas.com - 28/01/2010, 09:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementeriaan Agama Dr Rohadi Abdul Fatah menyatakan, sekitar 20 persen dari 763.000 masjid di Indonesia tidak mengarah ke kiblat. Perubahan arah tersebut terjadi akibat gempa bumi sehingga menimbulkan pergeseran tanah.

Demikian siaran pers yang diterima Kompas dari Media Center Kementerian Agama di Jakarta, Kamis (28/1/2010).

Pandangan ini disampaikan untuk membantah pendapat yang dilontarkan Direktur Lembaga Rukyatul Hilal Indonesia Mutoha Arkanuddin pada seminar tentang verifikasi arah kiblat untuk kemaslahatan umat Islam yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta, beberapa waktu lalu. Ketika itu, Mutoha antara lain mengungkapkan bahwa ada 80 persen masjid di Indonesia dan kuburan muslim belum mengarah ke kiblat dengan benar.

Rohadi mengungkapkan, pergeseran arah masjid hanya terjadi di masjid-masjid yang berlokasi di daerah gempa, seperti Yogyakarta, Tasikmalaya, dan Sumatera Barat. Pergeseran itu pun maksimal 20 derajat.

Itu sebabnya, Rohadi mengimbau semua pengurus masjid apabila mengetahui kalau masjid yang diigunakan bergeser agar cukup dibetulkan arahnya safnya saja dan tidak harus membongkar semua bangunan.

Untuk meluruskan masalah kiblat ini, kata Rohadi, Kementerian Agama telah membentuk sebuah tim yang siap turun ke daerah-daerah untuk mengukur kembali arah kiblat itu. Tim pengukuran arah kiblat ini gratis. Adapun peralatan yang digunakan adalah teodolit, GPS, dan kompas serta paling utama pengamatan terhadap Matahari.

Untuk mengukur arah kiblat dengan Matahari, menurut Rohadi, masyarakat pun bisa melakukannya pada 28 Mei pukul 16.18 dan 16 Juni pukul 16.27 dengan menancapkan sebilah bambu. Saat itu, posisi Matahari persis di atas Kabah, maka arah bayangan bambu itu adalah posisi kiblat dari tempat tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com