Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Setelah 1998 adalah Melawan Ideologi Transnasional

Kompas.com - 14/05/2017, 21:52 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan aktivis di era Orde Baru, Mochamad Fadjroel Rachman menilai, tantangan setelah perjuangan 1998 ialah melawan ideologi transnasional. Dia menyinggung salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang kini dibubarkan pemerintah karena dianggap bertentangan dengan NKRI dan Pancasila.

Ia mengemukakan hal itu dalam diskusi bertajuk "Peran Mahasiswa Dalam Menjaga NKRI" yang menjadi rangkaian kegiatan Refleksi 19 Tahun Reformasi "Melawan Kebangkitan Orde Baru" yang diadakan Persatuan Nasional Aktifis 98 (PENA 98), di Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (14/5/2017).

Menurut Fadjroel melawan organisasi transnasional begitu rumit. Kalau dulu saat perjuangan melawan Orde Baru zaman Soeharto, sosok yang dilawan sudah jelas Soeharto. Fadjroel menilai melawan organisasi yang punya ideologi transnasional sulit karena bergerak diam-diam.

"Tahun 1998 kami bisa menunjuk Soeharto, hari ini dalam perang ideologi siapa yang bisa anda tunjuk, tidak ada. Anda menunjuk sesuatu yang abstrak. Sebuah ideologi transnasional yang dipenuhi oleh jaringan yang diam-diam," kata Fadjroel.

Dewan Pakar Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu bercerita, dia belakangan  menghadapi munculnya organisasi diduga HTI di ITB. Fadjroel yang juga alumni ITB akhirnya bisa menghentikan organisasi itu.

"Saya bertempur dengan teman-teman di ITB karena HTI berhasil buat unit aktivitas di sana namanya HATI. Unit itu dapat fasilitas ruangan, dan dapat dana dari rektorat, dan setiap tahun boleh rekrut orang," ujar Fadjroel.

Fadjroel menyatakan para aktivis yang pernah berjuang melawan Soeharto dulu sekarang ini menyadari bahwa organisasi berideologi transnasional ternyata merongrong Pancasila dan NKRI. Menurutnya, pemerintahan setelah reformasi lemah dalam upaya internalisasi Pancasila ke masyarakat.

"Akibatnya ruang itu diambil alih ideologi transnasional itu. Kesadarannya memang telat, tapi sekarang tegas," kata Fadjroel.

Dia menilai, baru saat pemerintahan Presiden Joko Widodo diambil langkah tegas untuk membubarkan ormas HTI yang dipandang ingin menerapkan ideologi mereka sendiri.

"Anda tidak pernah menyangka pemerintah Pak Jokowi itu yang menyadari apa yang namanya ancaman ideologis dan geografis Indonesia," kata Fadjroel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com