Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan Komisi III: Hakim MK Harus Diawasi, tetapi Tak Hierarkis

Kompas.com - 31/01/2017, 17:59 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi III DPR Benny Kabur Harman menyatakan hakim Mahkamah Konstitusi perlu diawasi kinerjanya agar tak ada celah korupsi dalam menghasilkan putusan hukum.

Hal itu disampaikan Benny menanggapi pernyataan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat yang menyatakan badan peradilan tak perlu diawasi.

"Di negara demokrasi, tak ada institusi yang tak diawasi. Tetap harus ada sistem pengawasan. Hanya soal bahasa saja," kata Benny saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (31/1/2017).

"Memang peradilan itu tidak boleh tunduk pada pengawasan yang hierarkis. Itu penting untuk menjaga independensi. Tapi bukan berarti tak diawasi. Tetap diawasi lewat komisi etik," lanjut Benny.

(baca: Ketua MK: Badan Peradilan Tidak Boleh Diawasi)

Lewat komisi etik, hakim MK diawasi agar tetap independen dalam menghasilkan putusan.

Benny juga menyatakan, tak perlu dibentuk badan inspektorat untuk mengawasi hakim MK. Karena badan inspektorat yang bersifat mengikat secara hierarkis. Hal itu akan membuat kinerja hakim tak independen.

Politisi Partai Demokrat itu mengatakan, untuk mengembalikan kepercayaan publik, penanganan perkara di MK juga harus transparan dan akuntabel.

(baca: Menkumham: Mundurnya Patrialis Percepat Proses Seleksi Hakim MK)

"Bahwa ada perbedaan pandangan dalam sidang itu biasa. Yang penting menjaga independensi dan transparansi itu yang penting. Apapun proses kerja di MK harus transparan sehingga semua pihak bisa mengetahui dan ikut mengawasi," lanjut Benny.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat sebelumnya mengatakan bahwa lembaga peradilan, termasuk MK, tidak boleh diawasi.

 

(Baca: Mahfud MD: Kalau Patrialis Terbukti Terima Suap, Dia Orang Rakus)

Hal ini diungkapkan Arief menanggapi usulan perlunya lembaga yang berperan mengawasi kinerja hakim-hakim di MK.

"Ya bukan mekanisme pengawasan. Jadi sekali lagi, saya tidak setuju dengan istilah pengawasan, karena badan peradilan tidak boleh diawasi," ujar Arief usai rapat bersama Komisi III DPR RI di gedung MK, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2017).

Kompas TV Resmi Ditahan KPK, Patrialis Undur Diri dari MK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com