Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugas Golkar Dianggap Semakin Berat jika Figur Kontroversial Dijadikan Pengurus

Kompas.com - 28/05/2016, 17:13 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Dokumen daftar sementara pengurus Partai Golkar yang telah beredar ke publik menuai sorotan dan disesalkan. Jika nama-nama yang ada di dalam dokumen sementara itu didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, maka dianggap akan menambah pekerjaan rumah bagi Golkar.

Politisi Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan, memang belum dapat dipastikan keabsahan dokumen tersebut. Hal itu disebabkan tidak adanya tanda tangan Ketua Umum Setya Novanto dan Tim Formatur di dalam dokumen daftar pengurus yang beredar.

"Namun apabila nanti akhirnya susunan yang resmi ternyata sama dengan yang beredar sekarang, tentu kita semua sangat menyayangkan," kata Doli dalam pesan singkatnya, Sabtu (28/5/2016).

Setidaknya, ada empat nama yang dianggap bermasalah dalam dokumen yang telah beredar. Mereka adalah Ketua Harian Nurdin Halid (mantan terpidana kasus impor gula ilegal dan impor beras Vietnam), dan Ketua Bidang Hubungan Legislatif dan Lembaga Politik Yahya Zaini (skandal video porno).

Selanjutnya, Ketua DPP Golkar Bidang Pemuda dan Olahraga Fahd El Fouz (mantan terpidana kasus korupsi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah/DPID), dan Ketua Pemenang Pemilu Wilayah Jawa Timur Sigit Haryo Wibisono (mantan terpidana kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnain).

( Baca: Ini Nama-nama Kontroversial yang Masuk Daftar Sementara Kepengurusan Partai Golkar )

Menurut Doli, saat ini Golkar memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus segera dirampungkan, yakni mengembalikan citra partai berlambang pohon beringin itu. Sebab, dalam waktu dekat Golkar akan menghadapi kontestasi pilkada serentak dan Pemilu 2019.

Namun, Doli menilai tidak mudah untuk melakukannya.

"Kita harus jujur bahwa ketua umum terpilih, selama ini adalah figur yang dianggap punya indikasi masalah hukum," kata Doli.

"Kedua, citra partai belakangan ini dalam situasi konflik juga tidak baik di mata publik," lanjut dia.

Doli menambahkan, pekerjaan rumah yang dihadapi Golkar sebenarnya bisa berkurang dengan disusunnya kepengurusan yang baik. Kepengurusan itu tak cukup sebatas pada mencerminkan semangat rekonsiliasi.

"Dilihat kapasitas, kemampuan, right man on the right place. Dan tentu memenuhi aspek PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela). Jadi jangan tempatkan kader yang pernah, sedang dan akan berpotensi punya masalah hukum dan kasus moral," ujarnya.

Selain itu, ia menyarankan, agar kepengurusan baru dapat diisi oleh kader muda potensial. Para elit senior Golkar dapat juga menduduki jabatan, namun pada tiga dewan baru yang dibentuk saat Munaslub yakni Dewan Pembina, Dewan Kehormatan dan Dewan Pakar.

Kompas TV Mantan Napi Urus Golkar? Siapa Saja Mereka?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com