Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Analisis Teknis Tabrakan Pesawat di Halim: Kelalaian Pilot

Kompas.com - 12/04/2016, 13:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Terjadinya kecelakaan, tabrakan pesawat terbang antara Batik Air dengan Trans Nusa di Halim Perdanakusuma, Senin 4 April 2016 yang membuktikan bahwa penerbangan komersial di Halim sangat berpotensi untuk terjadinya kecelakaan pesawat terbang yang fatal.

Apa sebenarnya penyebab terjadinya tabrakan pesawat tersebut, tidak akan pernah diketahui dengan pasti sampai nanti Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) selesai melakukan proses investigasi.

Apabila kita melihat sekilas pada kejadian tabrakan pesawat di Halim itu, dengan mudah dapat disajikan analisis teknis mengapa kejadian seperti itu bisa terjadi. Ada banyak sekali kemungkinan yang menjadi penyebabnya, satu di antaranya adalah kelalaian pilot.

Sekali lagi ini hanyalah analisis teknis tentang mengapa kejadian tabrakan pesawat seperti yang terjadi di Halim dapat terjadi. Tidak bermaksud melangkahi KNKT yang tengah melakukan investigasi akan tetapi sekedar sebagai pengetahuan umum saja, bahwa memang kecelekaan sejenis itu bisa terjadi.

Seorang pilot yang dibantu kopilot, dalam melakukan take off seharusnya melihat terlebih dahulu kedepan arah runway yang akan dilaluinya sebelum memutuskan untuk take off. Bila pilot dan kopilot tidak melihat ke luar arah runway yang akan dilaluinya untuk take off, maka wajar sekali tabrakan akan terjadi, yaitu bila ada pesawat terbang yang tengah melintas runway menyeberang kearah yang berlawanan.

Adalah tidak mungkin pilot tidak melihat ke luar ke arah runway sebelum take off, kecuali sang pilot mungkin dalam keadaan terburu-buru (mengejar setoran, karena esok harinya dan tangal 9 April Halim ditutup untuk pnerbangan komersial dalam rangka HUT AURI) atau memang sudah tahu akan banyak pesawat lain yang antre untuk take off dan atau landing setelah pesawat dia, dan kemudian percaya saja dengan “clearance” dari Petugas ATC (Air Traffic Control), atau ijin take off dari menara pengawas.

Atau bila sang pilot memang sudah “fatique”, kelelahan yang bukan fisik sebagai akibat sudah terbang melampaui jumlah jam terbang yang ditentukan. Kemungkinan lainnya adalah kualifikasi pilot sebagai kapten adalah produk "karbitan” karena memang saat ini Indonesia berada dalam kondisi kekurangan tenaga pilot.

Manajemen kejar setoran

Terburu-buru di Halim, sangat normal terjadi dan ada beberapa faktor yang mendukung, yaitu, antara lain air traffic di Halim memang sudah cukup padat. Beberapa waktu lalu untuk landing saja dibutuhkan waktu hingga 40 menit berputar-putar di atas Halim. Jadi wajar sekali orang akan take off terburu-buru.

Selain itu, sekali lagi pada keesokan harinya Halim akan digunakan untuk penerbangan latihan pesawat tempur Angkatan Udara dalam rangka peringatan 9 April 2016 , Hari Angkatan Udara. 

Wajar juga, untuk "kejar setoran" maka malam-malam pun dilakukan penerbangan agar tidak merugi, karena besok pagi tidak bisa terbang karena dipakai latihan Angkatan Udara.

Di samping itu pesawat Trans Nusa terkesan pula terburu-buru dipindahkan malam itu juga dengan alasan entah mengapa tetapi bisa saja antara lain karena memang apron (tempat parkir pesawat) yang sempit sehingga pesawat harus segera dipindahkan ke tempat lain yaitu di seberang landasan.

Pilot “fatique”, banyak sekali kemungkinannya yang antara lain adalah jam terbang sang pilot sudah melebihi batas yang diperbolehkan. Bisa dengan mudah di cek log book pilot dalam hal ini apakah dia memang sudah melewati batasan yang ditentukan atau tidak. Atau di hari itu mereka sudah kelelahan dan ingin segera menyelesaikan misi penerbangannya di malam hari itu.

Di samping kita memang sedang berada dalam kondisi kekurangan pilot, rekam jejak Batik Air yang berada dalam satu naungan manajemen dengan Lion Air diketahui beberapa waktu lalu pilotnya ada yang terlibat kasus Narkoba. Dapat dengan mudah di cek, apakah benar atau tidak dengan cek laboratorium.

istimewa/twitter Sayap kiri pesawat Boeing 737-800 Batik Air yang bertabrakan dengan pesawat ATR42-600 TransNusa di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (4/4/2016).
Tentang kualifikasi pilot dan kopilot, patut menjadi sorotan pula, karena mendidik pilot dengan jam terbang karbitan adalah bukan hal yang mustahil di tengah-tengah kondisi jumlah pilot yang kurang. Demikian pula dengan kualifikasi sang kopilot.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com