Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Hasil Otopsi Siyono, Ini Komentar Kapolri

Kompas.com - 12/04/2016, 10:06 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti menerima hasil otopsi yang dilakukan PP Muhammadiyah terhadap jenazah terduga teroris Siyono. 

Saat ini, kata Badrodin, belum diketahui apakah yang dilakukan anggota Densus 88 Polri merupakan pelanggaran disiplin atau pidana terkait kematian Siyono.

"Kalau itu pelanggaran pidana, silakan diproses hukum," ujar Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/4/2016).

Badrodin mengatakan, Densus 88 nantinya akan dikenakan hukuman sesuai pelanggaran yang dilakukan. (baca: Uang yang Diterima Istri Siyono dari Polri sampai Rp 100 Juta)

Jika hasil peninjauan Divisi Profesi dan Pengamanan Polri hanya ditemukan pelanggaran etik, maka yang bersangkutan akan disidang untuk ditentukan sanksi etiknya.

Meski menghilangkan nyawa, kata dia, belum tentu tindakan anggota Densus 88 itu melanggar pidana.

"Kita lihat, kan ada pembelaan diri. Misalnya kita mau melakukan penangkapan, lalu kita dilawan, ditembak, terus pasti kan ditembak duluan. Kan termasuk dalam membela diri," kata Badrodin.

Badrodin mengatakan, anggota Densus 88 pun tidak mau kehilangan nyawanya melawan teroris. Jika teroris melawan, tentu ada bentuk perlawanan yang dilakukan. Seperti yang terjadi pada Siyono.

Dalam kasus ini, kata Badrodin, Siyono melawan petugas terlebih dahulu sehingga ada perlawanan balik. (baca: Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono...)

"Memang mereka yang sudah jadi target, melakukan aksi itu kan dia udah siap dengan kematian. Daripada dia ketangkap, dia melawan. Kalau mati, dia harapannya bisa masuk surga," kata Badrodin.

Meski begitu, Polri terus melakukan evaluasi setiap kali menangkap tersangka teroris. Menurut dia, sejauh ini, kerja Densus 88 sudah maksimal.

Untuk sementara, Badrodin enggan berasumsi mengenai sanksi yang akan dikenakan terhadap anggota Densus 88 itu.

"Kan Propam juga melakukan pemeriksaan apakah itu pelanggaran kode etik, pelanggaran disiplin, atau pelanggaran pidana," pungkas dia.

Hasil otopsi yang dipublikasikan Komnas HAM dan PP Muhammadiyah, tidak menunjukkan tanda-tanda bekas perlawanan dari Siyono.

Rusuk di dekat jantung dan tulang dada patah hingga berakibat fatal pada Siyono. (baca: Hasil Otopsi Siyono, Patah Tulang Iga hingga Luka di Kepala)

Sebelumnya, seperti dikutip Kompas, Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Dwi Priyatno menyatakan, dari pemeriksaan awal, penangkapan dan pemeriksaan terhadap Siyono sudah dilakukan sesuai prosedur standar operasi yang berlaku oleh Densus 88.

Kekerasan, lanjut Dwi, terjadi ketika petugas membuka borgol Siyono guna menunjukkan lokasi barang bukti di wilayah Prambanan, Yogyakarta.

Saat borgol dilepas, Siyono menyerang anggota Densus 88 sehingga terjadi perkelahian yang menyebabkan pemimpin wilayah Jamaah Islamiyah di Klaten itu meninggal karena pendarahan di bagian kepala.

Kompas TV Tim Forensik Buka Hasil Otopsi Siyono
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis Lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis Lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com