Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Pesawat Tabrakan di Halim, "It’s a Matter of Time!"

Kompas.com - 05/04/2016, 12:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Senin (4/4/2016) malam, terjadi tabrakan pesawat terbang di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Bagi saya hal tersebut bukanlah hal yang aneh. Saya tidak kaget sama sekali.

Pada tahun 2010, saya menurunkan tulisan menanggapi munculnya ide tentang upaya mengatasi kesemrawutan penerbangan komersial di Bandara Soekarno-Hatta dengan memindahkan tumpahannya ke Halim. Judul tulisan tersebut adalah “Pindah ke Halim, solusi yang Berbahaya !”

Mengapa berbahaya? Ada banyak sekali alasan dan penyebab dari berbahayanya ide tersebut untuk dilakukan dan kemudian terbukti terjadi Senin malam. Telah terjadi tabrakan antara dua pesawat di runway Halim.

Beruntung tidak sampai memakan korban nyawa manusia. Mungkin saja, karena tidak pernah diumumkan, tabrakan yang hampir atau nyaris terjadi sudah tidak bisa dihitung lagi. Karena hal itu, apakah masih akan menunggu terjadinya kecelakaan yang akan memakan banyak nyawa manusia yang tidak berdosa?

Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma memang pernah digunakan sebagai bandara internasional beberapa tahun lalu. Namun, hal itu tidak serta merta berarti setiap saat Halim dapat saja digunakan untuk keperluan penerbangan komersial.

Saat itu sebenarnya penggunaan Halim bagi keperluan penerbangan komersial bersifat sementara, yaitu menunggu pembangunan Cengkareng selesai. Sekali lagi, digunakan untuk “sementara” bagi keperluan penerbangan komersial.

Sejatinya, Pangkalan Udara Halim tidak di desain sebagai aerodrome untuk keperluan penerbangan komersial. Halim adalah “home-base” dari skuadron udara transport ringan dan berat serta skuadron VIP Angkatan Udara dan juga basis dari pangkalan penjaga pertahanan udara ibukota dan pertahanan udara nasional.

Setelah Cengkareng selesai, maka Halim ditetapkan sebagai “alternate aerodrome” dari International Airport Cengkareng. Artinya, bila terjadi sesuatu di Cengkareng yaitu bila take off landing pesawat terganggu, maka dapat menggunakan Halim sebagai pilihan darurat.

Di sinilah bermula satu kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai sebuah masalah berwujud “api dalam sekam”.

Untuk mempertahankan status sebagai bandara internasional walau hanya berstatus sebagai “alternate aerodrome”, maka Halim harus dapat mempertahankan kualitas dan spesikasi internasional dari aerodrome yaitu terdiri dari antara lain runway, apron, peralatan navigasi dan perangkat ATC (Air Traffic Control) untuk tetap berada pada kondisi yang memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan internasional.

Hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Angkatan Udara tidak memiliki alokasi biaya untuk hal tersebut. Jadilah beban biaya di alokasikan kepada pihak manajemen penerbangan komersial yang tentu saja dalam pengoperasiannya dapat memperoleh keuntungan dari jasa yang diberikannya dalam kegiatan penerbangan komersial yaitu maskapai penerbangan.

Mengandung kerawanan

Dengan demikian, pihak manajemen penerbangan komersial beranggapan atau dapat merasa Halim sebagai miliknya, karena sudah mendanai sekaligus memegang otoritas pengelolaan Halim sebagai bandara untuk penerbangan sipil komersial.

Dari sisi ini saja sudah mulai mengandung kerawanan. Pihak manajemen penerbangan sipil komersial pasti akan lebih memberi prioritas penggunaan Halim untuk kegiatan penerbangan sipil komersial yang memang membayar untuk itu.

Di sisi lain, pihak Angkatan Udara menjadi terjepit. Walau sebagai pemilik, Angkatan Udara tidak berdaya sama sekali diperlakukan sebagai “anak tiri”. Walau sebagai pemilik, Angkatan Udara tidak mampu membiayai perawatan untuk operasional penerbagan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com