Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zuhairi Misrawi
Ketua Moderate Muslim Society

Intelektual Muda Nahdlatul Ulama dan Ketua Moderate Muslim Society. Pernah mondok selama 6 tahun di Pondok Pesantren al-Amien, Prenduan. Menyelesaikan kuliah di Jurusan Akidah-Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Menerbitkan sejumlah buku. I Akun twitter @zuhairimisrawi

Titik-Temu Sunni-Syiah

Kompas.com - 12/03/2016, 15:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Dalam sebuah perjalanan ke Teheran untuk mengikuti konferensi Titik-Temu Sunni-Syiah pada bulan Februari lalu, saya kebetulan di pesawat Qatar Airways duduk bersebelahan dengan Syekh Tijani al-Samawi, ulama asal Tunisia.

Ulama ini mulanya pengikut mazhab Sunni, tepatnya mazhab Imam Malik. Tapi, dalam petualangannya mencari kebenaran dalam Islam, ia akhirnya memilih untuk menjadi pengikut mazhab Ahlul Bait, yang biasa dikenal dengan Syiah, tepatnya Syiah Jakfariyah.

Sepanjang perjalanan kurang lebih 2 jam itu, Syekh Tijani bercerita tentang petualangan hidupnya. Ia tuangkan petualangan tersebut dalam bukunya Tsama Ihtadaytu. Artinya: akhirnya saya menemukan petujuk.

Buku yang menarik dibaca, khususnya bagi saya yang bermazhab Sunni. Saya jadi mengerti, kenapa orang-orang Sunni bisa berpindah mazhab menjadi bagian dari mazhab Ahlul Bait atau Syiah.

Saya takjub dengan petualanga Syekh Tijani, tapi saya tidak terpengaruh sedikitpun dengan pengalaman spiritualnya. Saya memilih untuk tetap menjadi Sunni, meski belakangan ini mulai terbiasa membaca buku-buku yang ditulis oleh pengikut Ahlul Bait.

Saya beruntung bisa berkenalan langsung dengan para ulama Syiah, sehingga saya dapat merasakan dan memahami langsung pikiran mereka. Bahkan, saya pernah bermakmum shalat di belakangan ulama Syiah.

Kembali kepada Syekh Tijani, selama di dalam pesawat, ia tidak habis pikir menjelaskan massifnya kampanye negatif tentang Syiah. Bahkan, menurut dia, kampanye negatif tentang Syiah yang sudah dihadapi sejak masih muda justru tidak surut.

“Belakangan saya merasakan banyak sekali informasi tentang Syiah yang disampaikan secara negatif. Makin massif dan jauh dari kebenaran”.

Ia menambahkan, “Saya sangat senang buku saya akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga orang-orang Sunni yang membaca buku saya dapat memahami mazhab Ahlul Bait dengan baik. Pengalaman spiritual saya ini sudah diterjemahkan ke dalam 60 bahasa”.

Memang, kekhawatiran Syekh Tijani dapat dimaklumi. Apalagi konflik sektarian Sunni-Syiah ini dibalut dengan motif politik, yang akhirnya bisa menimbulkan gesekan, bahkan konflik yang berujung pada kekerasan dan pembunuhan.

Jaringan al-Qaeda dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kerap menggunakan isu Sunni-Syiah, dan tak luput Arab Saudi dalam dinamika politik mutakhir di Yaman dan Suriah juga menggunakan isu Sunni-Syiah sebagai bungkus narasi politik.

Saya berpandangan, memang tidak ada gunanya memelihara isu konflik Sunni-Syiah yang menyejarah itu. Alasannya, karena mudaratnya lebih besar dari manfaatnya.

Sejarah membuktikan, jutaan umat manusia dikorbankan hanya karena perbedaan mazhab. Diperlukan kebesaran jiwa dari masing-masing pihak, baik pengikut Sunni maupun pengikut Syiah untuk mengedepankan persaudaraan daripada pertengkaran.

Imam Ali bin Abi Thalib memberikan teladan yang sangat baik saat Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin pertama pasca-wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Imam Ali bin Abi Thalib yang sebenarnya lebih pantas menduduki posisi tersebut, justru menerima keputusan terpilihnya Abu Bakar dengan alasan mengedepankan kepentingan bersama umat Islam. Persaudaraan lebih utama dari percekcokan, apalagi jika hanya untuk kekuasaan semata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com