Kepala ANRI Mustari Irawan mengatakan, ada tiga hal yang membuat surat tersebut penting untuk ditemukan.
"Pertama, yakni dari segi struktur dan bentuk fisik. Supersemar itu satu atau dua lembar? Kalau satu lembar seperti apa? Kalau dua ya seperti apa?" ujar Mustari saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (10/3/2016) kemarin.
(Baca: Misteri Supersemar Diwarnai Sejumlah Kisah Unik hingga Mistis)
Tiga versi naskah Supersemar yang disimpan di dalam brangkas ANRI dan dinyatakan tidak autentik, memiliki fisik berbeda. Satu naskah terdiri dari dua lembar dan dua naskah terdiri dari satu lembar saja.
Oleh sebab itu, bentuk fisik Supersemar, kata Mustari, penting untuk diketahui.
Kedua, soal konten. Seperti yang diketahui khalayak pada umumnya saat ini bahwa surat itu merupakan perintah Soekarno kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Letjend Soeharto untuk mengamaankann negara dan menjaga keselamatan serta kewibawaan Presiden.
Namun, redaksional surat itu masih juga menjadi misteri.
(Baca: Kisah Pengujian Keaslian Dokumen Supersemar)
"Maka itu penting untuk diketahui, isinya itu apa? Kalau isinya sama seperti anggapan yang sekarang, memberikan instruksi menertibkan negara, maka itu penting. Instruksinya itu apa? Itu yang penting," ujar Mustari.
Ketiga, dari sisi konteks. Di satu sisi surat tersebut disebut oleh Soekarno dalam pidato pada 17 Agustus 1966, bukan merupakan "transfer of authority". Namun faktanya surat itu dijadikan dasar Soeharto mengambilalih kursi kepresidenan.
"Banyak yang bilang Supersemar alat kudeta. Jika ada yang asli, semuanya kan tentu bisa terjawab," ujar Mustari.
(Baca: Kisah di Balik Dua Versi Diorama Supersemar di Monas)
Melihat bentuk naskah asli, menurut Mustari, dapat memberikan gambaran jelas soal apa yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia pada tahun 1966. Selama ini, momen itu boleh dibilang momen tergelap Indonesia.
"Dokumen atau arsip negara merupakan bagian dari sejarah bangsa. Kalau kita tidak tahu masa lalu, bagaimana kita bicara ke depan? Makanya kami terus cari. Kami harap suatu hari kami akan dapat yang kami inginkan," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.