Pengamat politik Yunarto Wijaya berpendapat, saat ini, seorang kader tidak hanya bisa mengandalkan modal finansial untuk memenangi kursi ketua umum Partai Golkar. Modal sosial politik pun menjadi syarat yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Ia melihat ada kecenderungan Dewan Perwakilan Daerah memilih calon-calon yang bisa membangun jaringan antar-partai dan tidak memiliki catatan yang justru akan memperburuk citra Golkar di masyarakat.
"Saat ini modal finansial yang kuat sudah tidak terlalu dipedulikan. DPD cenderung memilih sosok ketua umum yang bersih," ujar Yunarto ketika dihubungi pada Sabtu (27/2/2016) siang.
Beberapa waktu lalu, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengatakan, tantangan terberat bagi ketua umum ke depan adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi politik partai berlambang pohon beringin itu.
Saat ini, menurut Idrus, tingkat kepercayaan masyarakat sudah menurun drastis.
"Memang seperti itu faktanya. Itulah tantangan ketua umum partai golkar ke depan," ujar Idrus Marham ketika ditemui di Tebet Timur, Jakarta Selatan, Kamis (25/2/2016).
Bagi Idrus, fakta tersebut menjadi persoalan yang harus dipecahkan oleh Partai Golkar. Masyarakat menjadi sulit untuk menuntut kinerja dan produktivitas dari pejabat-pejabat publik yang notabene itu adalah kader partai politik, karena tidak memiliki kemampuan yang baik.
"Siapa yang paling bertanggung jawab? Ya Parpol. Salah satu fungsi partai adalah menguatkan kader politik agar mampu menduduki jabatan-jabatan strategis," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.