Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelanggaran Kebebasan Beragama 2015, Terbanyak di Jawa Barat

Kompas.com - 23/02/2016, 16:45 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — The Wahid Institute merilis hasil pemantauan terkait situasi kebebasan beragama di Indonesia.

Dari total 190 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) yang terjadi sepanjang 2015, Jawa Barat menempati urutan teratas dengan 46 peristiwa.

Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid menuturkan, persoalan tingginya angka pelanggaran KBB di Jawa Barat selalu menjadi tanda tanya besar dalam beberapa tahun terakhir.

Pasalnya, laporan Wahid Institute dalam lima tahun terakhir selalu menempatkan Jawa Barat dalam posisi pertama provinsi dengan peristiwa pelanggaran terbanyak di Indonesia.

"Selain laporan ini, beberapa laporan dari organisasi masyarakat sipil maupun lembaga negara seperti Komnas HAM pada tahun 2015 juga mengatakan demikian, Jawa Barat provinsi paling rentan terjadinya pelanggaran KBB," ungkap Yenny di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2016).

(Baca: Sepanjang 2015, 190 Peristiwa Pelanggaran Kebebasan Beragama Terjadi di Indonesia)

Adapun daerah yang menempati peringkat kedua adalah Aceh (36 peristiwa), dilanjutkan dengan DKI Jakarta (23 peristiwa), Yogyakarta (10 peristiwa), dan Jawa Timur (9 peristiwa).

Ia memaparkan, salah satu faktor yang mendorong tingginya peristiwa pelanggaran KBB di Jawa Barat adalah masifnya pertumbuhan kelompok-kelompok intoleran, seperti ormas-ormas keagamaan garis keras.

Kelompok-kelompok intoleran itu, lanjut Yenny, kerap kali menggunakan isu-isu keagamaan sebagai jargon-jargon mereka.

(Baca: Diberikan Janji Kosong, Jemaat GKI Yasmin Kecewa dengan Bima Arya)

"Seperti penertiban rumah ibadah tidak berizin dan pemberantasan aliran sesat," kata dia.

Meski kelompok-kelompok tersebut tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat, tetapi yang mereka lakukan sering kali menjangkau daerah-daerah di luar domisili mereka.

Adapun contoh-contoh kasus yang menonjol, seperti pemukulan terhadap petugas keamanan komplek Az-Zikra yang dipimpin Arifin Ilham pada pertengahan Februari 2015 terkait spanduk anti-Syiah di kompleks tersebut.

Perlu metode yang tepat

Yenny merekomendasikan agar ke depannya pemerintah daerah lebih menyadari persoalan keagamaan di wilayahnya masing-masing dengan melakukan pemetaan terhadap faktor-faktor yang mendorong berbagai pelanggaran KBB dan diskriminasi di wilayahnya masing-masing.

"Hal ini sangat penting agar dapat dirumuskan model penanganan yang tepat terhadap pelanggaran KBB dan diskriminasi tersebut," tuturnya.

(Baca: GKI Yasmin: Upaya Relokasi Dilakukan Diam-diam)

Laporan pemantauan ini menggunakan pendekatan metode berbasis peristiwa (event-based methodology) untuk memantau dan menggali data. Pengumpulan data dan analisis dalam penyusunan laporan dilakukan dalam beberapa metode.

Pertama, pemantauan terhadap pemberitaan media massa; kedua, berdasarkan informasi yang diberikan jaringan lembaga dan individu, pemantauan melalui saluran pengaduan yang dibangun Wahid Institute, serta analisis kuantitatif dan kualitatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com