Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelucon Bawa Bom, Sebuah Humor yang Tidak Berempati

Kompas.com - 29/01/2016, 10:36 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak sedikit masyarakat Indonesia yang suka menjadikan ancaman teror bom sebagai candaan. Sebut saja kejadian si Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (28/1/2016) kemarin.

Salah seorang penumpang maskapai Cathay Pacific CX718 rute Jakarta-Hongkong mengaku membawa bom. Akibatnya, penerbangan sempat tertunda sekitar 30 menit dari jadwal keberangkatan yang seharusnya, yakni pukul 08.20 WIB.

Setelah diperiksa beberapa jam, Djoni tidak dikenai sanksi. Djoni mendapat peringatan keras dari pemeriksanya, penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) otoritas Bandara Soekarno-Hatta, serta batal terbang ke Hongkong.

(Baca: Ketiga Kalinya, Ada Penumpang Mengaku Bawa Bom di Bandara Kualanamu)

Kejadian serupa lainnya terjadi di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, pada Jumat (15/1/2015). Muhammad Study (42), warga Aceh Singkil, bercanda membawa bom ke dalam pesawat.

Saat itu, ia bercanda dengan mengatakan, "Mbak bom saya ini taruh di mana?" 

Candaannya didengar pramugari dan segera dilapor ke kapten pilot. Karena ulahnya saat itu, pesawat yang hendak terbang ke Jakarta pada pukul 16.30 WIB terpaksa ditunda hingga malam hari.

Tak memiliki empati

Mulai banyaknya candaan mengenai bom ini, menurut staf pengajar Sosiologi Universitas Padjadjaran, Yusar Muljadji, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung memiliki empati yang rendah.

Empati rendah tersebut, lanjut dia, diperparah dengan situs-situs pemberitaan yang tak jarang mengarahkan opini selaras dengan "ideologi" masyarakat itu. Dari permainan pemberitaan itulah, terutama di media sosial, maka terjadi kesimpangsiuran informasi di masyarakat.

"Nah, paduan dari rendahnya empati dan kesimpangsiuran informasi tersebut ternyata bermuara pada lelucon," ujar Yusar saat dihubungi, Jumat (29/1/2016).

Yusar melanjutkan, lelucon tersebut terutama berbentuk verbal yang mencerminkan spontanitas dan ketiadaan empati. Karena ketiadaan empati itu, seseorang kerap melontarkan lelucon tidak pada tempatnya.

(Baca: Penumpang Cathay Pacific Mengaku Hanya Iseng Menyebut Bom di Bandara Soekarno-Hatta)

Ia mencontohkan salah salah satu film Mr Bean ketika Bean dalam film tersebut diamankan karena pura-pura membawa pistol.

"Jangankan bom, pura-pura bawa pistol saja Mr Bean diamankan," imbuhnya.

Yusar melihat, rendahnya kondisi masyarakat Indonesia yang berempati salah satunya adalah imbas dari tekanan hidup sehari-hari.

Hal ini diperparah dengan banyaknya situs yang menyebarkan informasi bahwa teror bom, kelompok teroris, dan peristiwa teror yang terjadi adalah "permainan" elite semata dan sarat kebohongan politis.

"Padahal, secara nalar, adakah orang yang mau mengorbankan dirinya untuk suatu 'kejadian palsu'?" kata Yusar.

Berikutnya: Jangan main-main dengan kata "bom"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com